LAPORAN PENDAHULUAN
STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERGLIKEMI
HIPEROSMOTIK NON KETOSIS
(HHNK
/ HONK)
A.PENDAHULUAN
Krisis
hiperglikemik yang meliputi Keto Asidosis Diabetik (KAD) dan
Hiperglikemi
Hiperosmotik Non Ketosis (HHNK / HONK) merupakan
komplikasi akut yang serius pada penderita DM. Kedaruratan ini masih
merupakan penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas penderita DM,
walaupun telah dicapai kemajuan dalam pemahaman tentang patogenesis,
diagnosis dan penatalaksanaannya.
B.DEFINISI
-
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 ).
-
Keto Asidosis Diabetik (KAD) merupakan kedaruratan pada penderita diabetes melitus yang ditandai dengan adanya hiperglikemi, ketonemia dan asidemia.
-
Hiperglikemi Hiperosmotik Non Ketosis (HHNK) merupakan suatu keadaan hiperglikemi dan hiperosmalalitas tanpa terdapatnya ketosis.
C.EPIDEMIOLOGI
Angka
kejadian KAD diperkirakan berkisar antara 4,6 sampai 8 episode per
1000 pasien diabetes pertahun. Angka kejadian HHNK masih sulit
diperkirakan karena belum ada studi populasi tentang keadaan ini,
namun diperkirakan kurang dari 1% dari semua penderita diabetes yang
dirawat di Rumah Sakit.
Pengobatan
penderita KAD dan HHNK akan meningkatkan biaya perawatan
penderita. Angka kematian penderita KAD kurang dari 5% pada
pusat – pusat perawatan yang berpengalaman, sedangkan angka
kematian penderita KHH masih tinggi yaitu sekitar 15%.
D.ETIOLOGI
HHKN
disebabkan oleh stres berat yang berhubungan dengan penyakit berat
seperti stroke, infark miokard, pankreatitis, sepsis, luka bakar dan
pneumonia. Seringkali HHNK merupakan akibat dari asupan karbohidrat
yang berlebihan atau pajanan karbohidrat yang berlebihan seperti
melalui suplemen diit, bantuan enteral total melalu slang makanan
atau dialisis peritoneal.
E.FAKTOR
RESIKO
Herediter,
obesitas, lansia, penggunaan obat – obatan seperti kortokosteroid,
diuretik tiasid, sedatif, simpatomimetik, dimana obat – obatan ini
akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat sehingga akan menyebabkan
gangguan glukosa.
F.
FAKTOR
PENCETUS
-
Defisiensi insulin
Pada
HHNK insulin cukup untuk menekan ketosis tetapi tidak dapat mencegah
hiperglukagonemia, glikogenolisis dan glukoneogenesis, akibatnya
terjadi hiperglikemi yang menyebabkan osmotik diuresis dan banyaknya
cairan yang hilang serta kehilangan elektrolit.
-
Kegagalan ginjal
Kegagalan
ginjal dapat mencetuskan HHNK, ironisnya aliran darah ginjal (GFR)
maupun RBF menurun. Kelainan ginjal pada HHNK dapat pre renal, renal
dan post renal, akan tetapi yang jelas pasien tidak dapat
mengkompensir hiperglikemi yang terjadi.
-
Kegagalan otak
Hiperglikemi
menyebabkan terjadinya hiperosmolalitas dan merangsang haus. HHNK
banyak terjadi pada pasien tua dengan gangguan kognitif,
cerebrovaskular, demensia dan depresi.
G.PATOFISIOLOGI
Kelainan
yang mendasari kejadian HHNK adalah adanya penurunan kerja insulin
yang disertai dengan peningkatan sekresi counter – regulatory
hormones seperti glukagon, katekolamin, kortisol dan Growth
Hormone.. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan counter –
regulatory hormones akan menyebabkan hiperglikemia dengan mempercepat
laju glukoneogenesis (produksi glukosa) dan glikogenolisis (pemecahan
glikogen) serta melalui penurunan penggunaan glukosa perifer. Ketika
kadar glukosa darah meningkat, osmolalitas serum juga turut
meningkat, dan keadaaan ini menimbulkan suatu gradien osmotik yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kompartemen cairan intra sel ke
kompartemen cairan intra vaskuler, sehingga terjadi dehidrasi intra
sel.
Pada
KAD hormon kontra regulatotor mengaktifkan lipolisis (pemecahan
lemak). Enzim lipase yang sensitif hormon menyebabkan pemecahan
trigliserida sehingga terjadi pelepasan asam lemak bebas. Hati
mengambil asam lemak bebas tersebut dan mengubahnya menjadi badan
keton, suatu proses yang terutama distimulasi oleh hormon glukagon.
Badan keton didapar oleh bikarbonat, namun produksi badan keton
melebihi kadar bikarbonat sehingga terjadi ketosis, yang merupakan
keadaan asidosis metabolik.
Pada
HHNK ketosis bukan merupakan ciri khas. Penyebab tidak terjadinya
ketosis belum jelas kendati faktor yang meliputi rendahnya kadar asam
lemak bebas dan tingginya kadar simpanan insulin endogen merupakan
dua hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut.
H.TANDA
DAN GEJALA
-
Tanda vital :
-
Nadi : takikardi
-
Tekanan darah : sistolik rendah, hipotensi ortostatik
-
Pernapasan : cepat dan dangkal (bukan kussmaul), tidak ada napas berbau keton
-
Suhu : normal atau meningkat, bergantung pada proses yang mendasari.
-
-
Tanda klinis :
-
Glukosa Plasma : > 800 mg/dl
-
pH arteri : normal sampai asidosis ringan
-
Bikarbonat Serum : 22 – 26 mEq/L
-
Keton urin : sedikit / negative
-
Keton serum : sedikit / negative
-
Osmolalitas serum efektif : 320 – 350 mOsm/L
-
Anion gap : <12
-
BUN : Rata – rata 65 mg/dl
-
Natrium serum : 145 mEg/L
-
-
Neurologis :
-
Perubahan status mental
-
Tanda neurologis vokal mungkin ditemukan
-
-
Kulit :
-
Pucat, kering disertai turgor kulit menurun
-
Membran bukal kering
-
Lidah kering
-
-
Kardiovaskuler :
-
Denyut nadi lemah dan hampir tidak teraba
-
Capilarry refill > 3 detik
-
I.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS
-
Pemeriksaan darah
-
Pemeriksaan kadar glukosa darah plasma, ureum, kreatinin dan keton serum, osmolalitas, analisa gas darah, darah lengkap.
-
Elektrolit,
-
Pemeriksaan HbA1C bermanfaat untuk menentukan apakah episode akut dari krisis hiperglikemi ini terjadi akibat kulminasi dari proses perjalanan penyakit DM yang tidak terdiagnosis sebelumnya atau tidak terkontrol baik atau murni merupakan episode akut dari DM yang selama ini terkontrol baik.
-
-
Pemeriksaan urine : urinalisis, keton urin
-
Pemeriksaan serologi
Biakan
urine, darah dan usap tenggorok dilakukan untuk pertimbangan
pemberian antibiotika yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab
infeksi.
-
Pemeriksaan radiologi : Elektrokardiografi
J.PENATALAKSANAAN
Terapi
HHNK ditujukan untuk mengoreksi penurunan volume, mengendalikan
hiperglikemi dan mengidentifikasi penyebab mendasar HHNK dan
mengobatinya.
Prinsip
pengobatan KHH meliputi :
-
Koreksi terhadap :
-
Dehidrasi
-
Hiperglikemi
-
Gangguan keseimbangan elektrolit
-
-
Pengenalan dan pengobatan terhadap faktor pencetus
-
Follow up yang ketat
Terapi
cairan
Terapi
cairan initial / awal dimaksudkan untuk memperbaiki volume cairan
intra dan ekstravaskuler serta memperbaiki perfusi ginjal. Bila
tidak ada kelainan / gangguan fungsi jantung, diberikan cairan
isotonis NaCl 0,9 % dengan kecepatan 15 sampai 20 ml/kgBB/jam. Pada
1 jam pertama tetesan cairan dipercepat (1 – 1,5 liter). Pada
jam berikutnya, terapi cairan tergantung derajat dehidrasi, kadar
elektrolit serum dan diuresis (jumlah urin).
Secara
umum, infus 0,45% NaCl dengan dosis 4-14 ml/kgBB/jam dapat diberikan
bila kadar Na serum normal atau meningkat. Bila kadar Na rendah,
diberikan 0,9% NaCl dengan kecepatan yang sama. Setelah fungsi ginjal
membaik, terlihat dengan adanya diuresis, segera diberikan infus
Kalium sebanyak 20 – 30 mEq/l sampai kondisi pasien stabil dan
dapat menerima suplemen Kalium oral.
Terapi
Insulin
Regular
Insulin (RI) melalui infus intravena berkesinambungan merupakan
terapi pilihan. Dosis rendah ini biasanya dapat menurunkan kadar
glukosa plasma sebesar 50 – 75 mg/dl per jam, sama seperti
pada pemberian regimen insulin dgn dosis yang lebih tinggi. Bila
kadar glukosa plasma tidak turun sebesar 50 mg/dl dari kadar awal,
periksa keadaan hidrasi pasien. Infus insulin dapat ditingkatkan 2
kali lipat setiap jam sampai kadar glukosa plasma turun antara 50
sampai 75 mg/dl per jam. Bila kadar glukosa plasma mencapai 250 mg/dl
pada KAD atau 300 mg/dl pada KHH, dosis insulin diturunkan menjadi
0,05-0,1 UI/kgBB/jam (3-6 UI/jam) dan pemberian Dextrose (5-10%).
Selanjutnya kecepatan insulin atau konsentrasi Dextrose disesuaikan
untuk mempertahankan kadar glukosa plasma normal sampai gangguan
mental dan keadaan hiperosmolar pada HHNK dapat diatasi.
Selama
pengobatan HHNK, darah sebaiknya diperiksa setiap 2 – 4 jam untuk
menentukan kadar elektrolit serum, glukosa, ureum, kreatinin,
osmolalitas dan pH darah vena.
Kalium
Terapi
insulin, koreksi terhadap asidosis dan penambahan cairan dapat
menurunkan kadar kalium serum. Untuk mencegah hipokalemi, penambahan
kalium hendaklah dimulai bila kadar kalium serum turun dibawah 5,5
mEq/l dengan syarat bila sudah terjadi diuresis. Umumnya pemberian
Kalium sebanyak 20-30 mEq (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) dalam setiap liter
cairan infus sudah cukup untuk mempertahankan kadar Kalium serum
dalam batas normal (4 – 5 mEq/l). Bila terjadi hipokalemi berat
hendaklah dimulai bersamaan dengan terapi cairan dan terapi insulin
ditunda dulu sampai kadar kalium mencapai > 3,3 mEq/l, untuk
mencegah terjadinya aritmia atau cardiac arrest dan kelemahan otot
pernafasan.
K.KOMPLIKASI
Komplikasi
yang paling sering dari HHNK adalah :
-
Hipoglikemi karena dosis insulin yang berlebihan
-
Hipokalemi akibat pemberian insulin dan pengobatan asidosis dengan bikarbonat
-
Hiperglikemi akibat penghentian terapi insulin intravena setelah penyembuhan tanpa dilanjutkan dengan insulin subkutan
-
Defisit neurologis : kejang, hemiparese, defisit sensori, koma.
-
Syok hipovolemi
-
Gagal ginjal
-
Tromboemboli vena
L.
PROGNOSIS
Prognosis
semakin buruk dengan semakin bertambahnya usia dan dengan adanya
penurunan kesadaran dan hipotensi.
M.PENCEGAHAN
Kebanyakan
kasus HHNK dapat dicegah melalui akses yang lebih baik terhadap pusat
pelayanan kesehatan serta edukasi yang baik dan komunikasi yang
efektif dengan perawat kesehatan. Hal yang paling penting adalah
bahwa pasien hendaklah dinasihati jangan menghentikan insulin dan
segera memeriksakan diri kedokter apabila mengalami sakit.
Keberhasilan penatalaksanaan hari sakit (sick
day management) tergantung
dari keterlibatan anggota keluarga. Pasien dan keluarganya harus bisa
melakukan pengukuran kadar glukosa darah, memeriksa keton urin,
penyuntikan insulin, mengukur suhu tubuh, memeriksa denyut nadi dan
frekuensi pernafasan, menimbang berat badan dan melakukan komunikasi
dengan dokter yang merawat.
N.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HHNK
-
Proses terjadinya KHH biasanya mulai terjadi dalam beberapa hari. Walaupun gejala – gejala dari DM yang tidak terkontrol baik dapat terjadi dalam beberapa hari, perubahan metabolik yang khas dari KAD biasanya terjadi dalam waktu yang singkat (kurang dari 24 jam).
-
Dapat ditemui gambaran klinis yang klasik meliputi :
-
Poliuri, polidipsi dan polifagi
-
Penurunan BB dalam waktu singkat
-
Mual muntah
-
Nyeri perut
-
Dehidrasi
-
Badan lemas
-
Penglihatan kabur
-
Gangguan kesadaran mulai dari apatis sampai koma.
-
-
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
-
Turgor yang kurang, bibir dan kulit kering
-
Takhikardi
-
Hipotensi
-
Syok hipovolemik
-
Gangguan kesadaran dari apatis sampai koma
-
-
Diagnosa keperawatan :
-
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, ketidakmampuan mengkonsumsi cairan per oral, mual, muntah
-
Resiko cedera berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran sekunder akibat insufisiensi insulin, edema cerebral atau dehidrasi seluler
-
Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
-
Resiko ketidakefektifan perlindungan diri
-
Resiko gangguan proses keluarga
-
PK : Hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit
-
PK : Hiperglikemia, kejang
-
DAFTAR
PUSTAKA
Rab,
Tabrani, 1998, Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Jilid 2. Bandung
: PT Alumni
Stillwell,
Susan B. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Edisi 3. Jakarta : EGC
Chang,
Esther. 2009. Patofisiologi : Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta : EGC
Gonce
Morton, Patricia, 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holostik, Jakarta. EGC
No comments:
Post a Comment