*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Wednesday 15 January 2020

GASTROSTOMI dengan Skope ENDOSCOPY (Gastroskopi)



TINDAKAN GASTROSTOMI DENGAN SKOPE ENDOSCOPY


Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut akan membutuhkan asupan gizi agar tetap sehat. Awalnya, pasien dapat dibantu dengan tabung nasogastric atau NGT, yang dimasukkan melalui hidung. Namun, NGT biasanya tidak dapat digunakan untuk jangka waktu panjang, dan dapat mengalami penyumbatan atau malah terlepas. Gastrostomi dapat memberikan akses ke lambung yang lebih aman dan permanen.
Gastrostomi juga sebaiknya dilakukan pada pasien yang mengalami penyumbatan usus atas, atau penyumbatan pada bagian atas saluran gastrointestinal, yang akan menghambat proses makan melalui mulut. Contohnya adalah pasien yang kerongkongannya tersumbat, bisa karena kanker kerongkongan dan pasien dengan cacat bawaan pada mulut dan kerongkongan, misalnya fistula trakeoesofagus atau atresia esofagus. Pengidap penyakit ini akan mengalami kesulitan menelan dan memasukkan makanan ke kerongkongan. Pasien lansia yang menderita demensia dan stroke dengan gangguan saraf ringan kemungkinan akan kesulitan untuk makan sendiri, sehingga juga memerlukan gastrostomi. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut, dapat diberi makanan halus, formula khusus, dan obat-obatan, yang langsung dimasukkan ke lambung melalui tabung gastrostomi.
Selain untuk memasukkan makanan, gastrostomi juga dapat dilakukan untuk dekompresi lambung. Hal ini biasanya berlaku pada pasien yang mengalami penyumbatan pada lambung atau usus kecil. Akibatnya, lambung akan membesar, dan pasien menjadi kerap muntah. Gastrostomi dapat menghentikan gejala ini dengan mengeluarkan isi lambung.

Definisi 
Gastrostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan membuat stoma pada lambung dengan tujuan untuk pemberian nutrisi.
Gastroskopi adalah pemeriksaan yang aman dan non-invasif untuk memvisualisasikan lapisan esofagus (saluranan makanan), perut dan usus kecil. Pemeriksaan ini menggunakan tabung panjang dan lentur yang disebut gastroskop. Gastroskop dimasukkan melalui mulut dan secara hati-hati didorong ke bawah ke esofagus hingga ke perut dan usus kecil. Gastroskopi digunakan untuk mendiagnosis masalah perut dan melakukan biopsi.

Ruang lingkup penderita tidak dapat makan (kelainan esophagus dan lambung, kelainan neurologik : coma), tidak mau makan (anoreksia), disfagia, tidak boleh makan (pasca bedah mulut / leher) 
Dalam kaitan penegakan diagnosis diperlukan kerjasama dengan beberapa disiplin ilmu lain seperti Patologi Anatomi, radiology. 

Indikasi operasi ; 
- prosedur sementara untuk mengurangi ketidaknyamanan setelah operasi gastrectomi dan vagotomy - prosedur menetap/permanent pada obstruksi esophagus olehkarena tumor yang unresectable 

Pemeriksaan penunjang 
- Esofagogastroduodenoskopi 
- Ronsen OMD 
- USG 
- CT Scan 


setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang ahli bedah mempunyai kompetensi untuk melakukan gastrostomi sementara maupun permanen serta penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.

Gastrostomi dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu endoskopi atau bedah terbuka. Pada gastrostomi endoskopi perkutan (PEG), endoskopi perlu dilakukan terlebih dahulu. Dokter akan memasukkan endoskop (alat dengan kamera kecil) ke mulut, melewati kerongkongan, hingga akhirnya ke lambung. Sebelumnya, mulut pasien akan disemprot dengan obat bius supaya tidak batuk atau tersedak saat endoskopi. Fungsi kamera adalah untuk melihat saluran gastrointestinal, dan membantu menentukan posisi tabung makanan. Setelah dokter menemukan area yang tepat, sayatan kecil akan dibuat pada perut untuk memasukkan tabung makanan.
Pada bedah gastrostomi terbuka, dokter akan membuat sayatan di tengah perut. Setelah rongga perut dibuka, dokter akan memilih lokasi gastrostomi. Jika ditemukan adhesi (jaringan lengket), maka akan diangkat secara perlahan. Dokter akan membuat jahitan melingkar kecil (jahitan purse-string) pada lambung, biasanya sebanyak dua lapisan. Kemudian, sebuah sayatan akan dibuat di tengah lingkaran untuk memasukkan tabung. Balon di ujung tabung akan dipompa di lubang keluar, dan jaringan subkutan akan terus dipotong hingga tabung sampai di area peritoneum. Kemudian, tabung dikeluarkan melalui kulit dan lambung didorong ke dinding perut. Bekas sayatan akan ditutup dengan jahitan.
PEG memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bedah terbuka, yaitu membutuhkan biaya yang lebih sedikit dan dapat diselesaikan dengan lebih cepat. Namun, tidak semua pasien dapat menjalani PEG. Bedah gastrostomi terbuka merupakan pilihan yang lebih baik bagi pasien yang tidak aman untuk menjalani endoskopi. Misalnya, pasien yamg memiliki massa besar di kerongkongan. Gastrostomi terbuka juga lebih disarankan apabila pasien sudah pernah menjalani operasi kerongkongan atau perut, apabila diduga ada adhesi tebal, atau pada kasus tertentu, misalnya pasien sudah pernah menjalani operasi interposisi kolon.


Umumnya, komplikasi akibat gastrostomi tidak terlalu berbahaya. Yang sering terjadi adalah kerusakan tabung makanan, biasanya karena penyumbatan, terutama jika makanan kurang halus. Pada beberapa kasus, tabung dapat terlepas atau tertarik tanpa sengaja. Jika hal ini terjadi, dokter bedah dapat memilih untuk memasukkan tabung baru.
Komplikasi juga dapat terjadi pada kulit di sekitar tabung. Kebocoran ringan biasanya tidak menimbulkan gejala, namun bila terlalu banyak cairan keluar di sekitar tabung, pasien dapat mengalami pembengkakan dan iritasi kulit. Infeksi juga dapat terjadi, terutama pada gastrostomi permanen. Dokter mungkin perlu melakukan perawatan luka khusus untuk menangani infeksi. Pasien juga diperkirakan akan mengalami nyeri pada area tabung, yang biasanya diobati dengan obat pereda nyeri setelah prosedur.
Komplikas serius, seperti lubang pada usus dan organ perut lainnya, biasanya tidak akan terjadi bila prosedur dilakukan dengan baik. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah timbulnya fistula dan penyebaran tumor di area gastrostomi.
References:
  • Yarmus L, Gilbert C, Lechtzin N, Imad M, Ernst A, Feller-Kopman D. The Safety and Feasibility of Interventional Pulmonologists Performing Bedside Percutaneous Endoscopic Gastrostomy Tube Placement.Chest. 2013 Feb 7.
  • Jafri NS, Mahid SS, Minor KS, Idstein SR, Hornung CA, Galandiuk S. Meta-analysis: antibiotic prophylaxis to prevent peristomal infection following percutaneous endoscopic gastrostomy. Aliment Pharmacol Ther. 2007 Mar 15. 25(6):647-56.

Monday 13 January 2020

Kompetensi Perawat Endoskopi Gastrointestinal

Kompetensi Perawat Endoskopi Gastrointestinal

Kompetensi perawat klinik di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinik    ( PK I - PK V ) . Untuk mengukur kompetensi perawat dibutuhkan indikator dimana disetiap perawat klinik memiliki indikator dengan 4 domain yaitu Pelaksanaan, Pengelolaaan,Pendidikan dan Penelitian . Pada setiap domain dilihat sisi kemampuan dari sisi Knowledge , Skill , dan Attitude .
Indikator sesuai level pada perawat klinik yaitu :

A. Pola Penjenjangan Karir Profesional Perawat Endoskopi Gastrointestinal Indonesia
Pola di atas menejelaskan bawah level perawat endoskopi adalah sebagai berikut : 

1. Basic 1 sama dengan kompetensi PK  1
2. Basic 2 sama dengan kompetensi PK  2 
3. Intermediete  3 sama dengan kompetensi PK  3
4. Advance sama dengan kompetensi PK 4 
5. Expert sama dengan kompetensi PK 5 



B. Kompetensi Perawat Endoskopi Gastrointestinal Indonesia ,meliputi 

1. PERAWAT KLINIK 1 ( BASIC 1 ) 
Perawat klinik 1 adalah jenjang perawat klinik dengan kemampuan melakukan Asuhan Keperawatan dasar dengan penekanan pada ketrampilan teknis keperawatan dibawah bimbingan . 

Indikatornya adalah : 
a. Komunikasi terapiutik dalam melaksanakan kegiatan keperawatan
b. Prinsip Etika Keperawatan
c. Prinsip Infeksi Nosokomial 
d. Asuhan keperawatan endoskopi dan pendokumentasian secara akurat
e. Lingkungan keperawatan yang aman sesuai jaminan mutu dan manajemen resiko 
f.  Pengukuran tanda - tanda Vital
g. Precaution untuk mencegah injury pada pasien
h. Kebutuhan Oksigenasi
i.  Kebutuhan cairan dan elektrolit
j.  Perawatan Luka
k. Pemberian obat dengan aman dan benar
l.  Pemberian darah dan produk darah dengan aman dan benar

2. PERAWAT KLINIK II ( BASIC II )
Perawat klinik II adalah jenjang perawat klinik dengan kemampuan melakukan Asuhan Keperawatan HOLISTIC pada pasien secara mandiri dan mengelola pasien secara TIM serta memperoleh bimbingan untuk penangananmasalah lanjut/kompleks . 

Indikatornya adalah : 
1. Konsep Perawatan Profesional Bagi Perawat Unit Endoskopi
2. Etika Kerja dan Aspek Legal di Unit Endoskopi
3  Sejarah Unit Endoskopi 
    a. sejarah Endoskopi
    b. Level Kompetensi perawat Endoskopi
4. Pengenalan dasar unit Endoskopi
    a. Konsep administrasi layanan Unit Endoskopi
    b. Standart Peralatan Unit endoskopi
5. Struktur & Anatomi alat Endoskopi GI beserta Aksesorisnya
6. Standart Pemelirahaan Alat Endoskopi GI beserta Aksesorisnya ( Scope & Troubleshouting )
7. Pengendalian Infeksi di Unit Endoskopi
    a. Penggunaan APD
    b. Konsep Pengelolaan DTT
    c. Standart Resprosesing Alat
    d. Teknik Aseptik dan Antiseptik 
8. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
9. Konsep Caring pada Tindakan Endoskopi
10. Manajemen Airway pada tindakan Endoskopi GI
11. Manajemen Relaksasi pada tindakan Endoskopi GI
12. Asuhan Keperawatan pada Tindakan Endoskopi Diagnostic Pra - Intra - Pasca  :
     a. EGD
      b. Kolonoskopi 
     c. Biopsi dan pengelolaan specimen
     d. LVE 
     e. STE
13 . Sedasi ringan pada tindakan Endoskopi GI
14.  Patient Safety di Unit Endoskopi
15.  Penanggulangan kegawatdaruratan pada Tindakan Endoskopi ( Reaksi Alergi , sesak nafas , Desaturasi ,Cyanosis ,perdarahan , Vagal Reflek )