*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Monday 20 November 2017

MENGENAL SASARAN MUTU SEBAGAI GARDA PENINGKATAN PELAYANAN RUMAH SAKIT admin 06051994

MENGENAL MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
Ns. Bayu Aji Sismanto, S.Kep. - 
bayuajisismanto@gmail.com




Rumah sakit yang mampu bersaing dalam pasar adalah rumah sakit yang mampu menyediakan produk atau jasa berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku konsumen dan calon konsumen.

Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wiyono, 1999).

Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang harusnya diambil.

Pelayanan kesehatan adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates 2400 tahun yang lalu, yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan, di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologi canggih, bemacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus, sangat berpotensi untuk terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse event) apabila tidak dikelola dengan baik dan hati-hati.

RKZ Surabaya memiliki komitmen untuk tetap menjaga dan terus meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima (service excellent) secara terus menerus dan berkelanjutan bagi masyarakat. Oleh karena itu seluruh karyawan RKZ dalam memberikan pelayanan selalu memperhatikan Enam Sasaran Keselamatan Pasien sesuai International Patient Safety Goals,

Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
2. Apanya yang diukur ?
3. Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?

Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar.
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur.

Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.

Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit:
  1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:
    1. Angka Pasien dengan Dekubitus;
    2. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
    3. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
    4. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
    5. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
  2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
    1. Angka Infeksi Luka Operasi.
    2. Angka Komplikasi Pasca Bedah.
    3. Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.
    4. Angka Appendik normal.
  3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
    1. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
    2. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
    3. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
    4. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
  4. Indikator Mutu Pelayanan Medis
    1. Angka infeksi nosokomial
    2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
    3. Kematian pasca bedah
    4. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
    5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
    6. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
    7. ADR (Anasthesia Death Rate)
    8. PODR (Post Operation Death Rate)
    9. POIR (Post Operative Infection Rate)
  5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
  6. Unit cost untuk rawat jalan
    1. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien
    2. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
      1. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari
      2. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien
        1. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
        2. Jumlah tindakan pembedahan
        3. Jumlah kunjungan SMF spesialis
        4. Pemfaatan oleh masyarakat
        5. Contact rate
        6. Hospitalization rate
        7. Out patient rate
        8. Emergency out patient rate
  7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
  8. Indikator tambahan
  9. Angka Kematian di IGD (IGD).
  10. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
  11. Angka Infeksi RS.
  12. Reject Analisis (Radiologi).
  13. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
  14. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
  15. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
  16. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
  17. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
  18. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).
  1. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
  2. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
  3. BOR (Bed Occupancy Rate)
  4. BTO (Bed Turn Over)
  5. TOI (Turn Over Interval)
  6. ALOS (Average Length of Stay)
  7. Normal Tissue Removal Rate
  1. Surat pembaca di koran
  2. Surat kaleng
  3. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
  4. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS
  1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
  2. Pasien diberi obat yang salah
  3. Tidak ada obat/alat emergensi
  4. Tidak ada oksigen
  5. Tidak ada alat penyedot lendir
  6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
  7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
  8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.

Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan akan menjadi lebih baik. Untuk dapat mengetahui mutu pelayanan rumah sakit dan dapat melakukan upaya peningkatan mutu yang terus menerus dan berkesinambungan maka Komite Mutu & Keselamatan Pasien telah membuat indikator mutu dari semua unit kerja di rumah sakit. Pencapaian indikator mutu dari setiap unit kerja akan dievaluasi setiap 3 bulan dengan siklus PDCA dan dilakukan tindakan perbaikan bila ada yang belum mencapai standar yang telah ditetapkan untuk setiap indikator mutu.
No. INDIKATOR SARMUT Standar Pencapaian 2016
Depkes
1. Keterlambatan Emergency Respon Time Dokter > 5 menit ~

2. Angka kejadian IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) < 2%
0,02%
3. Angka Kematian Ibu melahirkan karena eklampsia < 30% 0%
4. Angka Kematian Ibu melahirkan karena perdarahan < 1%
0%
5. Angka Kematian Ibu melahirkan karena sepsis < 0,2%
0%
6. Perpanjangan LOS (Length of Stay) ibu melahirkan ~
0%
7. Waktu tunggu operasi elektif > 48 jam ~
0%
8. Angka kematian di kamar bedah < 1%
0%
9. Angka Kejadian operasi salah sisi 0%
0%
10. Angka Kejadian operasi salah orang 0%
0%
11. Angka Kejadian tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien pasca operasi 0%
0%
12. Angka Kejadian efek samping anestesi pada pasien SC (Sectio Caesaria) ~
0%

No comments:

Post a Comment