*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Thursday 22 September 2016

LAPORAN PENDAHULUAN “ASFIKSIA” STASE KEPERAWATAN ANAK oleh Bayu Aji Sismanto.,S.Kep



Nama   : Bayu Aji Sismanto
NIM    : 690.150.200 / Kelompok 2.2


LAPORAN PENDAHULUAN
“ASFIKSIA”
STASE KEPERAWATAN ANAK


  1. KONSEP DASAR
1.      Pengertian
Prawirohardjo (2008) menjelaskan asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi dimana tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Saiffudin (2001) juga menjelaskan bahwa asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).
Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru, proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri. (Hidayat, 2005).





2.      Klasifikasi/ jenis/ macam
Asfiksia dikalsifikasikan berdasarkan penilaian APGAR SCORE.
Tanda
Skor APGAR
0
1
2
Frekuensi Jantung
Tidak ada
< 100 x/menit
> 100 x/menit
Usaha bernafas
Tidak ada
Lambat tak teratur
Menangis kuat
Tanus otot
Lumpuh
Ekstremitas agak fleksi
Gerakan aktif
Refleks
Tidak ada
Gerakan sedikit
Gerakan kuat/melawan
Warna kulit
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, eks biru
Seluruh tubuh kemerahan
a.         Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3) Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b.        Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6) Pemeriksaan fisik ditemukan  frekuensi jantung  < 100 / menit, tonus otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
c.         Bayi normal atau  sedikit asfiksia 7 – 9 Pemeriksaan fisik ditemukan  frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d.        Bayi normal dengan nilai APGAR 10 Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

3.      Fisiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
Faktor ibu
a.       Preeklampsia dan eklampsia
b.      Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c.       Partus lama atau partus macet
d.      Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e.       Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan
Faktor Tali Pusat
a.       Lilitan tali pusat
b.      Tali pusat pendek
c.       Simpul tali pusat
d.      Prolapsus tali pusat
Faktor Bayi
a.       Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b.      Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c.       Kelainan bawaan (kongenital)
d.      Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

4.      Gangguan / masalah
Gangguan yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a.       Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.


b.      Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c.       Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d.      Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.



5.      Pathways

Gambar 1.1 Pathways Asfiksia (World Health Organization, 2009)


6.      Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung.
7.      Tanda dan gejala
a.       Pernapasan terganggu
b.      Detik jantung menurun
c.       Refleks/ respons bayi melemah
d.      Tonus otot menurun
e.       Warna kulit biru atau pucat
f.       Kejang
g.      Penurunan kesadaran


  1. KONSEP KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
1.      Data subyektif, terdiri dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat post natal, Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika, Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan psikologis.
2.      Data Obyektif, terdiri dari:
a.       Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit.
b.      Pemeriksaan fisik.
                                                                                                  i.      Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
                                                                                                ii.      Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
                                                                                              iii.      Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
                                                                                              iv.      Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
                                                                                                v.      Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
                                                                                              vi.      Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher; perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
                                                                                            vii.      Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
                                                                                          viii.      Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
                                                                                              ix.      Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan
                                                                                                x.      Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
                                                                                              xi.      Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
                                                                                            xii.       Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
(Iskandar Wahidiyat, 1991 dan Potter Patricia A, 1996).


2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3.      Resiko terjadinya hipoglikemia
4.      Resiko terjadinya hipotermia
5.      Resiko terjadinya infeksi
6.      Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah

3.      Rencana Tindakan
a.      Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat
                                                                                                  i.      Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
                                                                                                ii.      Kriteria: Pernafasan normal 40-60 kali permenit, Pernafasan teratur, Tidak cyanosis, Wajah dan seluruh tubuh warna kemerahan, Gas darah normal.
                                                                                              iii.      Intervensi:
1.       Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
2.       Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
4.      Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
5.      Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional : Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi.



b.      Resiko terjadinya hipotermi berhubungan dengan adanya proses persalinan yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36° C.
                                                                                                        i.            Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.
                                                                                                      ii.            Kriteria: Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C; Akral hangat; Warna seluruh tubuh kemerahan
                                                                                                    iii.            Intervensi:
1.      Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).
Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.
2.      Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk /kain yang kering dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
3.      Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia. 4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan. R/ Mencegah terjadinya hipoglikemia.









c.       Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
                                                                                                        i.            Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
                                                                                                      ii.            Kriteria: Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik; Berat badan tidak turun lebih dari 10%, Retensi tidak ada.
                                                                                                    iii.            Intervensi:
1.      Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
Rasional : Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan/ perawatan yang tepat.
2.      Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
3.      Monitor intake dan out put.
Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).
4.      Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Rasional : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
5.      Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional : Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.










d.      Resiko terjadinya infeksi.
                                                                                                        i.            Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
                                                                                                      ii.            Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksi; Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
                                                                                                    iii.            Intervensi:
1.       Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan
Rasioanal : Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah
2.       Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
3.       Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional : Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
4.       Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
5.       Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
Rasional : Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
6.       Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
7.       Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional : Mencegah terjadinya penularan infeksi.
8.       Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah infeksi dari pneumonia.

e.       Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat.
                                                                                                        i.            Tujuan: Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan.
                                                                                                      ii.            Kriteria: Akral hangat; Tidak cyanosis; Tidak apnea; Suhu normal (36,5°C -37,5°C); Distrostik normal (> 40 mg).
                                                                                                    iii.            Intervensi:
1.        Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
Rasional : Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.
2.        Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.
Rasional : Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
3.        Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi).
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
4.        Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.


f.       Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif.
                                                                                                        i.            Tujuan: Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
                                                                                                      ii.            Kriteria: Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi, Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
                                                                                                    iii.            Intervensi:
1.       Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
Rasional : Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.
2.       Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.
3.       Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
Rasional : Ketidaktahuan memperbesar stressor.
4.       Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).
Rasional : Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.
5.       Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan.
Rasional : Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.


DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Kliegman & Arvin.( 1996 ). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Alih Bahasa : A. Samik Wahab. Jilid 1. Jakarta : EGC
http://www.authorstream.com/Presentation/zhukma-195191-asfiksia-tugas-keperawatan-anak-ii-asfiksi-education-ppt-powerpoint/
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
World Health Organization Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pelayaan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit & Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota. World Health Organization: Jakarta


No comments:

Post a Comment