*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Iklan Artikel 13092024

Sunday, 22 January 2017

LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH - LP BBLR oleh Bayu Aji Sismanto

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR
STASE KEPERAWATAN ANAK
BBLR DI RUANG PERISTI


A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Bayi yang dilahirkan berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal (Depkes RI, 2005).

B. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
C. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010).
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
D. Tanda & Gejala
Menunjukkan   belum   sempurnanya   fungsi   organ   tubuh   dengan   keadaannya lemah :
1. Fisik
a. Bayi kecil
b. Pergrakan kurang dan masih lemah
c. kepala lebih besar dari pada badan
d. berat badan < 2500 gram
2. Kulit dan kelamin
a. Kulit tipis dan transparan
b. Lanugo banya
c. Rambut halus dan tipis
d. Genitalia belum sempurna
3. Sistem syaraf
a. Refleks moro
b. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskuloskeletal
a. Axifikasi tengkorak sedikit
b. Ubun-ubun dan satura lebar
c. Tulang rawan elastis kurang
d. Otot-otot masih hipotonik
e. Tungkai abduksi
f. Sendi lutut dan kaki fleksi
g. Kepala menghadap satu jurusan
5. Sistem pernafasan
a. Pernafasan belum teratur sering apnoe
b. Frekwensi nafas bervariasi

E. Patofisiologis
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.

F. Pathways
(Terlampir)

G. Penatalaksanaan
1. Pengaturan Suhu
a. Pertahankan dalam suhu 36,5 – 37,5 ºC
b. Luas permukaan tubuh > BB Ô Peningkatan kehilangan cairan & panas tubuh melalui kulit
c. Tipisnya lemak coklat (Brown Fat) Ôke-2 scapula
d. Lemak subcutas tipis
e. Letakkan pada tempat yang hangat (lampu), kering, dalam incubator, menunda memandikan bayi & gunakan metode kanguru.

2. Nutrisi
a. Reflek menghisap dan menelan negatif
b. Kapasitas lambung sedikit & enzim pencernaan (lipase) kurang
c. Berikan ASI dengan dot/sendok sedikit demi sedikit ± 60 cc / Kg BB/ hari pada hari I, dinaikkan setiap hari sampai 200 cc / Kg BB sehari pada minggu ke II
d. Cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit ®Hipoglikemia
e. Perhatikan cara memberikan ASI/PASI dengan benar!!
f. Lakukan pijat bayi  !!
3. Bayi BBLR mudah terkena infeksi : Oleh sebab itu :
a. Pisahkan bayi BBLR dengan bayi yang terinfeksi
b. Cuci tangan sebelum & sesudah memegang bayi
c. Jangan merawat bayi bila sedang menderita infeksi saluran nafas (gunakan masker)
4.      Bayi BBLR bila terjadi kesulitan bernafas :
a. Cegah terjadi kedinginan dan infeksi
b. Beri ASI/PASI sedikit demi sedikit & sesering mungkin
c. Bila terjadi sesak lakukan :
1) Bersihkan jalan nafas
2) Jaga suhu tubuh bayi
3) Berikan oksigen jika tampak tanda-tanda cyanosis

H. Fokus pengkajian keperawatan
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36,5 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37,5 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksterhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
a. Tanda Fisiologis
1) Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
2) Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi,penyebabnya adalah : pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
2. Ketidakefektifan termoregolasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko tinggi infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis,kurang pengetahuan.


J. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular
Tujuan                   :  Pola nafas efektif
Kriteria Hasil     : “RR 30-60 x/mnt, Sianosis (-), Sesak (-), Ronchi (-), Whezing  (-).
Intervensi :
a. Observasi pola nafas
b. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
c. Observasi adanya sianosis
d. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah
e. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi
f. Beri O2 sesuai program dokter
g. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2
h. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
i. Kolaborasi dengan tenaga medis lainya.
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d imaturasi control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
Tujuan                : Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil       : Suhu 36,5- 37,50C,kulit hangat, Sianosis (-), Ektremitas hangat.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Tempatkan bayi pada incubator
c. Awasi atau control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
d. Monitor tanda-tanda hipertermi.
e. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
f. Ganti pakaian setiap basah.
g. Observasi adanya sianosis.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
Tujuan            : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil  : Suhu 36.5-37,50C,tidak ada tanda-tanda infeksi,leukosit 5.000 – 10.000.
Intervensi  :
a. Kaji tanda- tanda infeksi.
b. Isolasi bayi BBLR dengan bayi lain.
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
d. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
e. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
f. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
g. Kolaborasi dengan dokter.
h. Berikan antibiotic sesuai program.
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi(imaturasi saluran cerna).
Tujuan             : Nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil   : Reflek hisap dan menelan baik,Muntah (-),Kembung (-),berat badan meningkat 15 gr/hr dan turgor elastic.
Intervensi      :
a. Observasi intake dan output.
b. Observasi reflekmhisap dan menelan.
c. Beri minum sesuai kebutuhan.
d. Pasang NGT bila reflek program menghisap dan menelan tidak ada.
e. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
f. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral.
g. Kaji kesiapan ibu untuk menyusui bayi.
h. Timbang berat badan setiap hari.
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,imobilisasi
Tujuan           : Integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Suhu 36,5-37,50C, Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit dan tanda- tanda infeksi (-).
Intervensi    :
a. Observasi vital sign.
b. Observasi tekstur dan warna kulit.
c. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
e. Jaga kebersihan kulit.
f. Ganti pakaian setiap basah.
g. Jaga kebersihan tempat tidur.
h. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
i. Monitor suhu dalam incubator.
6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tuadan kondisi krisis.
Tujuan                 : Cemas berkurang.
Kriteria Hasil       : Orang tua tampak tenang,orang tua tidak bertanya Tanya lagi dan orang tua berpartisipasi dalam proses keperawatan.
Intervensi        :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua.
b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumahsebelum bayi pulang.











Lampiran (Pathways)




























DAFTAR PUSTAKA

Ennis,Sharon Axton.2003.Pediatric Nursing Care Plans.Pearson Education.New Jersey.
Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba Medica : Jakarta.
Faras Handayani. (2006). Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat DiRumah sakit (On-Line) terdapat pada :http://www.tabloid-nakita,com/artikel.
Nelson.(1999).ilmu kesehatan Anak 1.EGC. Jakarta.
Sitohang , Nur Asnah.2004. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU Repository @2006
Sowden, Betz Cicilia.2002. Keperawatan Pediatric.EGC.Jakarta.
Speirs,al.(1993).Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat.IKIP Semarang Press. Semarang.
Whaley’s and Wong.(1996). Clinic Manual of PediatricNursing.4 th Edition. Mosby Company.
Zulhaida Lubis.(2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702-07134/zulhaida-lubis.htm.

No comments:

Post a Comment

Iklan Bawah Postingan