LAPORAN
PENDAHULUAN
STASE
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
SUB
MATERI KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
1) KONSEP
DASAR
A. Pengertian
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam
relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner,
kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu
mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus
dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan
kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang
terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh sebagaimana kerja
termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh.
Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior
mengontror produksi panas.
B. Klasifikasi
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
Hipotermi,
bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila
suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris /
pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
Hipertermi,
bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu
inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam,
seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
C. Fisiologi
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu
tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus
anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan
menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan
penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil,
meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi
epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika
terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang
membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2009). Thermoreseptor di kulit
dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata
panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan
hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus
menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang
Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid
stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan
beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan
suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1.
Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi
menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal
ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal
meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
2. Impuls
syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan
epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan
peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.
3. Pusat
peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang
yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat
meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar
tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid
kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan
dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah merangsang
termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana
sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan
panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh
darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan
melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah
dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang
bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya
suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis
hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih
dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu
tubuh kembali normal. Skema Mekanisme Feedback Negatif Menghemat Atau
Meningkatkan Produksi Panas Menurun.
D. Gangguan
Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
Diantaranya disebabkan oleh:
1.
Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga
meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi
interferon (substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat
puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme
meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk
setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang
meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2.
Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume
cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama
yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.
Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah
kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang
yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4.
Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan
angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda
atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi
obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik)
dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet,
pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan
kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena
kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan
suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel
dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang
terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan
elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil
tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
pendinginan segera dimulai.
5.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan
terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
~ Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
~ Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
~ Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
~ Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara
berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh
turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun.
Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat
berikut:
1.
ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2.
anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3.
mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
Adapun suhu
tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA
|
SUHU(DERAJAT CELCIUS)
|
3 Bulan
|
37,5°C
|
6 Bulan
|
37,5°C
|
1 Tahun
|
37,7°C
|
3 Tahun
|
37,2°C
|
5 Tahun
|
37,0°C
|
7 Tahun
|
36,8°C
|
9 Tahun
|
36,7°C
|
11 Tahun
|
36,7°C
|
13 Tahun
|
36,6°C
|
Dewasa
|
36,4°C
|
>70 Tahun
|
36,0°C
|
2) KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri :
Umur, jenis
kelamin, pekerjaan
b. Status
kesehatan :
keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) hipertermi : Pola Demam
a. Terus
menerus : tingginya
menetap >24 jam,
bervariasi
(1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara
berseling
dengan suhu normal.
c. Remitten : demam
memuncak dan turun
tanpa
kembali ke tingkat suhu
normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi
dengan
tingkat suhu normal, episode
demam
normotermia
dapat memanjang lebih dari 24
jam. Mulai
timbulnya panas, berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
2) Hipotermi : Hipotermia
aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar
yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu
tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah
turun. kulit menjadi sianotik.
d. Riwayat kesehatan
lalu
1)
Hipertermi :
sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
2)
Hipotermi :
tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak
kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
e.
Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
f. Riwayat
psikologis.
g. Pemeriksaan
fisik :
1) hitung
TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
2) inspeksi
dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat, turgor
menurun).
4) tanda-tanda
dehidrasi perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai
5)
dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.
Diagnosa
b.
Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
hipertermia
c.
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
d.
Hipotermia berhubungan dengan penuaan
3.
Intervensi
a. Resiko
ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)
Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)
Kulit tidak teraba hangat
Intervensi :
1)
Evaluasi lingkungan rumah tentang faktor – faktor yan
dapat mengganggu suhu tubuh.
2)
Kaji tanda dan gejal hipertermia
3)
Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara
adekuat
4)
Instruksikan keluarga unutk mengenali tanda dan gejala
awal hipertermia : kulit kering, sakit kepala, penignkatan suhu, iritabilitas,
suhu diatas 37,8 0C, dan kelemahan.
5)
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai
kebutuhan
6)
Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
b.
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam
rentang normal.
Kriteria
hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 –
37,5 0C
2) Kulit tidak teraba hangat
3) Nadi dan pernafasan dalam rentang
normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 –
24 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1)
Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran
mukosa )
2)
Pantau TTV dan warna kulit
3)
Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk
3)
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
4)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik
sesuai dengan kebutuhan.
5)
Kompres dengan air dingin atau hangat
6)
Anjurkan asupan cairan oral
7)
Lepaskan pakaian yang berlebihan
c.
Hipotermia berhubungan dengan penuaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh kembali dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam
rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba
dingin
3) Pasien tidak tampak
menggigil, pucat dan merinding
4) TTV dalam rentang
normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit,
sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1)
Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit,
menggigil, kelelahan, kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
2)
Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai
kebutuhan.
3)
Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang
tindakan untuk mence
4)
Mencegah hipotermia dari pajanan dingin.
5)
Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal (
hemodialisa, dialisis peritonial, irigasi kolon ).
6)
Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut
penghangat, alat – alat pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol
dengan air hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta,
2006.
Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9,
EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC.
Jakarta, 2005.