LAPORAN INDIVIDU
LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KELEPRAWATAN PADA PASIEN GAWAT DARURAT DI UNIT GAWAT
DARURAT (UGD)
Sebagai Salah Satu Target Penilai Clinical Exposure
V
Stase Keperawatan Komunitas
Penyusun :
Bayu Aji Sismanto
30901201382
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
TAHUN 2015
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
Hipoglikemia
merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara
70-11- mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar
gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah
normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang
dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia
ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl,
2009).
Hipoglikemia
=Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula
darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi
kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun
gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia
A,1997).
Hipoglikemia
adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
B.
PENYEBAB
/ ETIOLOGI
Etiologi
hipoglikemia pada diabetes mellitus (DM)
a. hipoglikemia
pada stadium dini
b. hipoglikemia
dalam rangka pengobatan DM
1)
penggunaan
insulin
2)
penggunaan
sulfonylurea
3)
bayi yang
lahir dari ibu pasien DM
c. Hipoglikemia
yang tidak berkaitan dengan DM
1)
hiperinsulinesme
alimenter pasca gastrektomi
2)
insulinoma
3)
penyakit
hati berat
4)
tumor ekstra
pankreatik,fibrosarkoma,karsinoma ginjal
5)
hipopituitarism,
(Mansjoer A, 1999: 602).
Faktor
Predisposisi
Faktor
predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea:
a. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan pasien
1)
Pengurangan/keterlambatan makan
2)
Kesalalahan dosis obat
3)
Latihan jasmani yang berlebihan
4)
Penurunan kebutuhan insulin
a)
Penyembuhan dari penyakit
b)
Nefropati diabetic
c)
Hipotiroidisme
d) Penyakit
addison
e)
Hipopituitarisme
5)
Hari-hari pertama persalinan
6)
Penyakit hati berat
7)
Gastro paresis diabetic
b. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan dokter
1)
pengendalian
glukosa darah yang ketat
2)
pemberian
obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3)
penggantian
jenis insulin, (Mansjoer A, 1999: 602)
Penyebab Hipoglikemia yang lainya yaitu
:
1. Dosis
suntikan insulin terlalu banyak.
Saat
menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa
gula darah sendiri.
2. Lupa makan
atau makan terlalu sedikit.
Penderita
diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas
terlalu berat.
Olah raga
atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda
berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum
alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol
menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan
tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di
lokasi suntikan.
Dianjurkan
bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama
akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan
waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap
obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit
yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan
hormonal.
Orang dengan
diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk
meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula
darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian
aspirin dosis tinggi.
Aspirin
dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat
hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia
yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
mengalami hipoglikemia lagi.
C.
MANIFESTASI KLINIS / TANDA DAN GEJALA
Hipoglikemi
terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan
gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya
tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih
berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung,
lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan
maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai
insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas
penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum
sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu,
tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri
dari dua fase yaitu :
a)
Fase I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan
hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan
peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan
yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut, gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun
50 mg%.
b)
Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai
terganggunya fungsi otak,karena itu di namakan gejala neurologist. Gejalanya
berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah
20 mg%).
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi
otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal,
di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh
pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu
akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol
sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah
lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan
kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan
komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia
dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala
akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan
adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama
menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta
bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang
berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997:603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang
ketoasidosis, meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok
ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan
manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak
jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak
menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk
mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat
insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang
setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga
meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam
beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional
(kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau
bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi
hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan
otak permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).
Di kutip dari Karen Bruke (2005) : 1478 ada beberapa tanda gejala ataupun
manifestasi klinis yang meliputi:
1)
Lapar
2)
Mual-muntah
3)
Pucat,kulit dingin
4)
Sakit kepala
5)
Nadi cepat
6)
Hipotensi
7)
Irritabilitas
8)
Koma
9)
Kesulitan dalam berfikir
10) Ketidakmampuan
dalam berkonsentrasi
11) Perubahan
dalam sikap emosi
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Adapun
gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
1) Perubahan
tingkah laku
2) Serangan
sinkop yang mendadak
3) Pusing pagi
hari yang hilang dengan makan pagi
4) Keringat
berlebihan waktu tidur malam
5) Bangun malam
untuk makan
6) Hemiplegi/
afasia sepintas
7) Angina
pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
D.
PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis.
a.
dehidrasi
b.
kehilangan
elektrolit
c.
asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium,
kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah
menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan
bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan
gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa
lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa
di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau
bahkan kehilangan kesadaran. (Smeltzer, 2001).
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer
A 1999: 604) Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan
penunjang meliputi :
a. perpanjangan
pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam)
setelah pengawasan puasa.
b. Tes
bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam
PP)
c. Tes urine di
simpan untuk mencari substansi keton.
d. Tes ini juga
mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.
G.
FORMAT PENGKAJIAN
H.
DIANGNOSA
KEPERAWATAN
I. RENCANA TINDAKAN ( MIN. 3 DIAGNOSA
NANDA ) SESUAI
PRIORITAS KEGAWATAN