BASIC LIFE SUPORT (BLS)
BANTUAN HIDUP DASAR
oleh Bayu Aji Sismanto
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi
jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar,
bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama.
Namun pada pembahasan kali ini lebih difokuskan pada Bantuan Hidup Dasar.
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan
yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses
yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini
dapat disingkat dengan teknik ABC yaitu airway
atau membebaskan jalan nafas, breathing
atau memberikan nafas buatan, dan circulation
atau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS
diubah menjadi CAB (circulation,
breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari
kerusakan yang irreversibel akibat
hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti selama 3-4 menit.
Resusitasi jantung paru
adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami
henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban
mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan,
kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka
sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat
organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang
berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan.
Organ yang paling cepat
mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada
asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak
tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian
secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu
GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti
jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit
penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai
mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.
Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti
napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR.
Langkah-Langkah
BLS (Sistem CAB)
1. Memeriksa keadaan pasien,
respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak
adanya nafas secara visual tanpa teknik Look
Listen and Feel.
2.
Melakukan panggilan darurat.
3.
Circulation :
·
Meraba dan menetukan denyut
nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan
pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan
melakukan kompresi dada.
·
Untuk penolong non petugas
kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban.
·
Pemeriksaan denyut nadi ini
tidak boleh lebih dari 10 detik.
·
Lokasi kompresi berada pada
tengah dada korban (setengah bawah sternum). Penentuan lokasi ini dapat
dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama diletakkan di atas
sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah
berada di tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu
penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan dada.
. Petugas berlutut jika korban
terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat
tidur.
. Kompresi dada dilakukan
sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik.
.
Kecepatan kompresi diharapkan
mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2
inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter
anterior-posterior dada atau sekitar 1 ½ inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2
inchi (5 cm).
4.
Airway. Korban
dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan
nafas melalui head tilt– chin lift. Caranya dengan meletakkan satu tangan pada
dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan
mulut sedikit terbuka (Head Tilt)
Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka
bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust
yaitu dengan mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke
depan daripada deretan gigi Rahang Atas.
5.
Breathing.
Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik
diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume
tidal yang masuk adekuat. Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai
berikut :
·
Pastikan hidung korban terpencet rapat
·
Ambil nafas seperti biasa
(jangan terelalu dalam)
·
Buat keadaan mulut ke mulut
yang serapat mungkin
·
Berikan satu ventilasi tiap
satu detik
·
Kembali ke langkah ambil
nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.
·
Jika tidak memungkinkan untuk
memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke
hidung korban.
·
Untuk pemberian melalui bag
mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memeberikan
ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.
·
Setelah terpasang advance
airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 – 8 detik/ventilasi atau
sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi.
·
Jika pasien mempunyai denyut
nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan
5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi
kembali setiap 2 menit.
·
Untuk satu siklus
perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah terdapat advance
airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan
ventilasi tiap 6-8 detik/kali.
6.
RJP terus dilakukan hingga
alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. Bila
harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari
10 detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan
advance airway.
7.
Alat defibrilasi otomatis.
Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat
kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme
tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut
sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali.
Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan
periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLS
(Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ashar. Maret 2011. Planning cardiac emergency medical service with Mobile
application in aceh rural. http://www.acehpublication.com/adic2011/ADIC2011-039.pdf. diakses Kamis,
20 September 2012 pukul 08:30 WIB.
Tirti Lasprita. 3 September 2012.
Bantuan Hidup Dasar (BLS). http://www.scribd.com/doc/84871056/Bantuan-Hidup-Dasar. diakses Kamis, 20 September 2012 pukul 08:30 WIB.http://nspamuji.blogspot.co.id/2012/09/bls-basic-life-support.html