*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Iklan Artikel 13092024

Monday, 2 January 2017

LP HAMBATAN MOBILITAS FISIK, LP INTOLANSI AKTIFITAS, LP KEBUTUHAN AKTIFITAS oleh Bayu Aji Sismanto



LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
(HAMBATAN MOBILITAS FISIK DAN INTOLANSI AKTIFITAS)
Oleh : 
Bayu Aji Sismanto.,S.Kep



           I. KONSEP DASAR
A.    Pengertian
       Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.

       Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.

        Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.

        Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.




B.     Klasifikasi
Tulang diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
a)      Tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
b)      Tulang pendek (karpal dan tarsal)
c)      Tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
d)     Tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
e)      Tulang sesamoid ( patella)
 Menurut lokasinya :
a.       Tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan sternum)
b.      Tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal, tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal).
       Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap persendian mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa merupakan kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.

C.    Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament, tulang, kartilago, persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Dari ketiga otot tersebut, otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya.

a.       Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari 260.000 serabut.
b.      Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :

a.       Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1.F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain.
2.Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3.Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
b.      Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai ringan.

                                                              i.      Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
                                                            ii.      Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
                                                          iii.      Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala miosin.

Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton. Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai alat gerak aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara satu tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak.

c.       Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal
a)         Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul intoleransi aktivitas.
b)        Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
c)         Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
d)        usia

d.      Macam – macam gangguan
a)          Fraktur
b)         Gout
c)          Arthritis oleh bakteri
d)         Cidera jaringan lunak / keras

Rencana Asuhan Keperawatan
a.       Pengkajian
1.      Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
a)     Riwayat aktivitas dan olah raga
b)    Toleransi aktivitas
c)     Jenis dan frekuensi olah raga
d)    Faktor yang mempengaruhi mobilitas
e)     Pengararuh imobilitas
2.      Pemeriksaan Fisik : Data Focus
·                     Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :
o   bahu dan pinggul sejajar
o   jari - jari kaki mengarah kedepan
o   tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
·                     Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.
o   Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
o   Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
o   Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
o   Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
·       Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
o   Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
o   Deformitas
o   Adanya nyeri tekan
o   Krepitasi
o   Peningkatan temperature di sekitar sendi
o   Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
o   Derajat gerak sendi
·       Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
o   Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak
o   Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
o   Keseimbangan dan koordinasi klien
o   Adanya hipotensi ortostatik
o   Kenyamanan klien
·       Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat.





Tingkatan kekuatan otot
Skala
Kekuatan (%)
Cirri
0
0
Paralisis total
1
10
Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2
25
Gerakan otot penuh menentanggravitasi, dengan sokongan
3
50
Gerakan normal menentang gravitasi
4
75
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
5
100
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahana penuh

               (Priharjo, 2006 : 159)
·       Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang mengalami :
o   Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik

3.      Pemeriksaan penunjang
·       Pemeriksaan Diagnostik
o   Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
o   CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
o   MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang).
·  Pemeriksaan Laboratorium
o   Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
o   Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat trauma).

b.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
1.      Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
2.      Batasan Karakteristik / faktor resiko
a.     Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
b.     Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
c.     Riwayat intoleransi
3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan
·            Gangguan kardiovaskular


 Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
1.      Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
2.      Batasan Karakteristik
a.         Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
b.         Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal
c.         Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
d.        Dispneu dan ketidaknyamanan
3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan
a.          Tirah baring atau imobilisasi
b.          Kelemahan secara menyeluruh
c.          Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
d.         Gaya hidup yang menetap

Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik
1.      Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
2.      Batasan Karakteristik
a)         Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
b)        Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
c)         Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik halus
d)        Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
e)         Keterbatasan ROM
f)         Sulit berbalik
g)        Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai langkah, kaki diseret, goyah pada posisi lateral)
h)        Penurunan waktu reaksi
i)          Gerakan menjadi napas pendek
j)          Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatatian dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus dalam tidak mampu beraktivitas)
k)        Gerak lambat
l)          Gerakan menyebabkan tremor

3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan
a.          Pengobatan
b.          Terapi pembatasan gerak
c.          Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
d.         IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
e.          Kerusakan sensori persepsi
f.           Nyeri, tidak nyaman
g.          Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
h.          Intoleransi aktivitas
i.            Depresi mood atau cemas
j.            Kerusakan kognitif
k.          Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
l.            Keengganan untuk memulai gerak
m.        Gaya hidup menetap, tidak fit
n.          Malnutrisi umum atau spesifik
o.          Kehilangan integritas struktur tulang
p.          Keterlambatan perkembangan
q.          Kekakuan sendi atau kontraktur
r.           Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
s.           Berhubungan dengan metabolisme seluler
t.           Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
u.         Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur


c. Perencanaan
·      Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
a.                   berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
b.                  melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
c.                  menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi
Rasional
1.      kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ; keletihan dan kelemahan yang berlebihan ; diaphoresis ; pusing/pingsan.

2.      Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis : penggunaan kursi roda saat mandi, dduduk ssat menyisir rambut,melakukan aktivitas dengan perlahan.

3.      Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1.      Membantu dalam respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

2.      Teknik menghemat energi mengurangi pengurangan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas


·       Dx. 2
Tujuan :
·                         setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
a.     berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
b.    melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
c.     menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi
Rasional
1.      kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ; keletihan dan kelemahan yang berlebihan ; diaphoresis ; pusing/pingsan.
2.      Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis : penggunaan kursi roda saat mandi, dduduk ssat menyisir rambut,melakukan aktivitas dengan perlahan.
3.      Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1.      Membantu dalam respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2.      Teknik menghemat energi mengurangi pengurangan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas


·       Dx. 3
Tujuan                          :
a.              Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam  masalah teratasi
b.             Kriteria Hasil   :
c.              Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitaskatkan
d.             Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
e.              Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan  kemampuan untuk beraktivitas
Intervensi
Rasional
1.      Identifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif, seperti temperature yang sangat tinggi, insomnia, pemasukan makanan yang tidak adekuat.

2.      Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri, sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki klien.

3.      Lakukan perubahan posisi secara teratur ketika klien tirah baring  di tempat tidur atau dikursi.
4.      Konsultasikan dengan ahli terapi fisik atau terapi kerja
1.      Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
2.      Meningkatkan kemandirian dan rasa control diri, dapat menurunkan perasaan tidak berdaya.
3.      Menurunkan tekanan terus menerus pada daerah yang sama, mencegah kerusakan kulit. Meminimalkan spasme fleksor lutut dan panggul.
4.      Bermanfaat dalam mengembangkan program latihan individual dan mengidentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme otot, meningkatkan fungsi motorik, menurunkan atrofi, dan kontraktur pada system musculoskeletal.

Daftar Pustaka

1.        Long, C. Barbara. 2009. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK
2.        Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
3.        Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta : EGC
4.        NANDA 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.
5.        Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
6.        Doenges, E. Marilynn.2010.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Iklan Bawah Postingan