*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Iklan Artikel 13092024

Wednesday, 17 October 2018

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Handriyani, Naning Nur (2017) HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA. 

KLIK LINK BERIKUT

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Umam, Khaerul (2018) HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA. 

KLIK LINK BERIKUT

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RISIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RISIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Nofitalia, Amanda (2017) HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RISIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA. 

KLIK LINK BERIKUT

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PRAKTEK IBADAH DI SMK PGRI WIROSSARI GROBOGAN

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PRAKTEK IBADAH DI SMK PGRI WIROSSARI GROBOGAN

Kurniawan, Ade (2018) IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PRAKTEK IBADAH DI SMK PGRI WIROSSARI GROBOGAN. Undergraduate thesis, Fakultas Agama Islam UNISSULA. 
KLIK LINK BERIKUT
http://repository.unissula.ac.id/10555/

Tuesday, 16 October 2018

International Patient Safety Goals

International-Patient-Safety-Goals

International Patient Safety Goals (IPSG) help accredited organizations address specific areas of concern in some of the most problematic areas of patient safety.


Goal 1: Identify patients correctly
Goal 2: Improve effective communication
Goal 3: Improve the safety of high-alert medications
Goal 4: Ensure safe surgery
Goal 5: Reduce the risk of health care-associated infections
Goal 6: Reduce the risk of patient harm resulting from falls

 

Saturday, 6 October 2018

Apa Beda GDS, Gula Darah Puasa dan 2 jam PP?



Jangan heran ketika anda menjalani tes kesehatan untuk masuk di suatu perusahaan, tiba-tiba anda diharuskan untuk melakukan pemeriksaan Gula darah. Mungkin anda berkata, “ Saya sehat, kenapa harus di periksa gula darah?”. Memang benar tapi perlu di pahami Pemeriksaan gula darah memang sudah umum di gunakan untuk mengetahui kondisi gula darah seseorang terutama yang berhubungan dengan penyakit diabetes. Tidak selau diabetes sih, hanya saja umumnya pemeriksaan seperti ini memang diperuntukkan bagi orang yang dicurigai terkena diabetes atau orang yang beresiko tinggi terkena diabetes. Lantas ada beberapa orang yang akhirnya bingung, karena di hasil yang tertulis, tersebut gula darah acakgula darah 2 jam PP, dan gula darah puasa. Apakah ketiga nama jenis pemeriksaan ini bermaksud sama? Atau beda. Lalu apa perbedaannya?

Gula darah memang sangat berhubungan dengan makanan yang di konsumsi oleh seseorang. Jumlah, jenis maupun waktu. Secara umum, gula darah seseorang akan berbeda saat ia bangun tidur, mau tidur atau sedang beraktifitas. Angka gula darah juga akan berubah manakala seseorang melakukan pemeriksaan ini setelah makan. Pun demikian dengan orang yang sedang puasa. Nah, inilah yang menjadi dasar pertimbangan adanya pemilahan gula darah menjadi tiga bagian rutin. Semua bermaksud untuk mengetahui apakah seseorang itu mengalami gangguan dalam metabolisme glukosa atau tidak? 

Baiklah, agar lebih faham, di sini akan di jabarkan apa dan bagaimana pemeriksaan gula darah itu. satu persatu. Simak ya....

Gula darah sewaktu atau Gula darah acak ( GDA )
Adalah jenis pemeriksaan gula darah yang dilakukan kapanpun tanpa memperhatikan wkatu maupun kondisi seseorang. GDA ini bisa di lakukan saat pasien bangun tidur, sedang beraktifitas, setelah makan ngemil dan lain-lain. Pagi sore malam pun tidak ada masalah. Oleh karena itulah disebut pengukuran gula darah acak. Biasanya jika normal, maka akan di temukan angka gula darah yang ada didalam batas normal.  Adapaun angkanya bisa berubah kapanpun, sesuai dengan aktifitas dan jenis makanan yang dia makan sebelum tes. Namun pada umumnya kadar normal gula darah berada di angka 80-120 mg/dL atau 4.4-6.6 mmol/L jika melakukan tes sebelum makan atau setelah bangun tidur dan angka normal adalah 100-140 mg/dL atau 5.5-7.7 mmol/L Jika melakukan tes pada waktu ingin tidur.

Gula darah setelah makan, atau 2 jam PP
Maksudnya adalah memeriksa kadar gula darah setelah 2 jam makan. Dokter akan menyuruh anda makan seperti biasanya. Dua jam setelahnya anda akan di periksa gula darahnya. Gunanya adalah untuk menilai seberapa besar fungsi pankreas atau insulin yang di keluarkan oleh pankreas untuk menetralisisr gula darah. Pada umumnya setelah makan pasien akan mengalami kenaikan gula darah dan akan berangsur normal setelah kira-kira dua jam setelahnya. Nah, apada pasien pra maupun diabetes ditemukan angka yang tidak normal atau di atas ambang batas noirmal. Adapun angka yang di tampilkan adalah kurang dari 140 mg/dL atau 7.8 mmol/L (orang yang berusia di bawah 50 tahun. 150 mg/dL atau 8.3 mmol/L untuk mereka yang berusia 50-60 tahun, kadar normalnya adalah kurang dari. Jika Anda berusia 60 tahun ke atas, maka kadar normal gula darah adalah 160 mg/dL atau 8.9 mmol/L.

Gula darah puasa
Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui seberapa besar respon insulin dalam menyeimbangkan gula darah. Anda mungkin akan di suruh berpuasa selama 8 jam penuh tanpa makan oleh petugas kesehatan. Ya, tanpa makan apapun kecuali minum air putih. Setelah delapan jam selesai, maka sampel sudah dikatakan ideal untuk mendapatkan angka gula darah puasa. Gula darah puasa anda di anggap normal jika hasil ada di antara angka 70 hingga 99 mg/dL (3.9 to 5.5 mmol/L) , Jika di temukan angka Dari 100 hingga 125 mg/dL itu adalah kondisi pra diabet, sedang jika gula darah puasa anda di atas 125, sudah bisa di katakan jika andarentan terkena diabet.

Menurut dokter  penyakit dalam ada satu lagi pemeriksaan sebagai pelengkap atau justru lebih akurat dari ketiga jenis pemeriksaan di atas.Ya, mungkin dokter anda akan segera menganjurkan untuk periksa HbS1C (ulasan lengkapnya ada di “ Apa itu pemeriksaan HbS1C?” ), untuk benar benar menegakkan diagnosa diabetes.

Selamat sehat.....

Sunday, 2 September 2018

Panduan Pelaksanaan Early Warning System (EWS) di Rumah Sakit

Judul   : 
Panduan Pelaksanaan Early Warning System (EWS) di Rumah Sakit
 
Label   : 
Masuk dalam Akreditasi JCI Chapter Care of Patients (COP),  
Akreditasi (SNARS-KARS) Chapter Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
 
Penyusun  : Bayu Aji Sismanto, S.Kep., Ners.
Email        : bayuajisismanto@gmail.com



Deskripsi :
Pengenalan Perubahan Kondisi Pasien dengan Menggunkan metode Early Warning System.

Dasar :
Untuk memantau adanya perubahan keadaan umum pada pasien, untuk mengurangi angka pemanggilan code blue, sehingga penanganan pasien dilakukan sebelum pasien jatuh ke kondisi henti nafas dan henti jantung.

Petunjuk Umum :   
1. Early Warning Skor (EWS) tidak menggantikan penilaia klinis yang kompeten
2. Ketika anda khawatir tentang perawatan pasien harus ditingkatkan, perawatan dapat ditingkatkan terlepas dari skor.
3. EWS dilanjutkan skrining untuk Sepsis saat ada EWS dari    ≥ 4 (atau 5 jika pasien menggunakan oksigen tambahan)
4. Beberapa pasien mungkin memerlukan pemeriksaan medis segera namun tidak akan memicu skor tinggi.
5. Protokol diaktifkan dengan skor 3 dalam satu parameter atau total skor 3.
6. Observasi dan pencatatan Early Warning Skor (EWS) ini dilakukan:
Pada saat masuk :   
I. Setiap 8 jam (sesuai protokol RS)   
II. Sesuai clinical pathway
III. Jika pasien mengalami perubahan kondisi   
IV. Jika anda khawatir tentang perubahan kondisi pasien   


Ruang Lingkup :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Maternal dan Perinatal
3. Ruang Nifas
4. Ruang Perinatologi

Metode yang digunakan :
1. Untuk Pasien Dewasa menggunakan : Modified Eraly Warning System
2. Untuk Pasien Anak-anak menggunakan : Pediatric Early Warning System
3. Untuk Pasien Obstetry menggunakan : Modified Obstetric Warning System



Gambar 1. Table National Early Warning Score (NEWS)

Tata Laksana Skoring EWS
Pasien Dewasa : Modified Eraly Warning System
SKOR
RESPON KLINIS
0
  • Monitoring TTV pasien dilakukan oleh seluruh staff perawat
  • Monitoring TTV dilakukan setiap shiff
1 - 4
  • Masing-masing perawat penangungjawab pasien dan dokter jaga ruangan melakukan pengkajian, kemudian memustuskan apakah frekuensi monitoring perlu ditingkatkan atau pasien tersebut membutuhkan tindakan medis penunjang seperti, rekam jantung, pemberian oksigen, periksa laboratorium CITO.
  • Monitoring TTV dilakukan setiap 4 jam sekali
5 atau skor 3 dari salah satu parameter
  • Perawat penanggungjawab pasien menghubungi RRT (dokter jaga ruangan, PJ shiff dinas perawat ruangan/ PJ shiff dinas perawat ICU) melakukan pengkajian kepada pasien.
  • Dokter jaga dapat memutuskan pasien ditransfer ke IMC/ICU dengan tambahan klinis yang didapat dari hasil pengkajian.
  • Monitoring TTV dilakukan setiap 1 jam sekali
≥ 7
  • Pengkajian emergency dilakukan oleh dokter jaga dan segera menghubungi Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP)
  • Transfer pasien ke IMC/ICU
  • Monitoring TTV dilakukan 15 menit sekali
Pasien Anak-anak : Pediatric Early Warning System
SKOR
RESPON KLINIS
0 - 2
  • Pengkajian rutin oleh perawat penanggungjawab pasien dilakukan per shiff
3
  • Menghubungi penganggjawab shiff dinas perawat
  • PJ dan perawat penggangungjawab pasien dan dokter jaga membuat rencana oengkajian ulang PEWS dan intervensi
  • Observasi selama intervensi berlangsung
  • Laporn DPJP
4
  • Menghubungi dokter jaga dan aktifkan RRT
  • Dokter jaga menghubungi DPJP
  • Observasi selama intervensi berlangsung
  • Pertimbangan masuk PICU sesuai dengan klinis pasien
5 atau skor 3 pada sala satu parameter
  • Pasien masuk PICU



Pasien Anak-anak : Pediatric Early Warning System (PEWS)

1. PEWS digunakan pada pasien anak/ pediatrik ( berusia saat lahir-16 tahun)
2. PEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut, mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai.
3. PEWS tidak digunakan pada:
     a.  pasien dewasa lebih dari 16 tahun
     b.  Pasien anak dengan TOF (Tetralogi of Fallot), sindrom VACTERL
4. PEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan primer, Puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien sebelum diterima rumah sakit tujuan.




Sumber yang digunakan / Daftar Pustaka :


Materi Workshop “National Early Warning System” HIPERCCI Yogyakarta, 30     September     2017     materi dimodifikasi oleh Eri Yanuar Akhmad Budi     Sunaryo, S.Kep., Ns.,     M.N.Sc.(I.C)

Patien Safety Programme, 2016, Buku Saku Penerapan Mutu dan Keselamatan Pasien,     Bekasi, RS Awal Bros Bekasi.

Rismala Dewi, Pediatric Early Warning Score , Sari Pediatri, Vol. 18, No. 1, Juni     2016, Departemen  Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas     Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Hendra Firmansyah, 2017, Materi Seminar Peran Perawat dalam Penanganan     Kegawatan     Klinik di RS (PENERAPAN EARLY WARNING DAN CODE BLUE SYSTEM),     RSCM, Jakarta.

Iklan Bawah Postingan