*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Iklan Artikel 13092024

Thursday, 12 October 2017

Soal Simulasi Uji Kompetensi Ners (UKOM - UKNI ) oleh admin 06051994

Soal - Soal Simulasi Uji Kompetensi NERS Indonesia (UKNI) #maternitas 

Edisi Jumat 13 Oktober 2017 - bayuajisismanto@gmail.com


Vignette :
Seorang ibu usia 23 tahun, menikah pada awal Januari  tahun 2015, datang ke klinik dengan keluhan mual muntah, terlambat menstruasi selama 14 hari.  Mentruasi terakhir adalah 12  Februari 2015. Dari hasil pemeriksaan beta HCG dinyatakan positip hamil.
Pertanyaan soal
Kapan taksiran persalinan pada Ibu tersebut?
Pilihan Jawaban
a.      19 November 2014
b.      19 November 2015
c.      19 Oktober  2014
d.      19 Oktober  2015
e.      19 Desember 2014


Vignette :
Seorang ibu usia 24 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mual, muntah dipagi hari. Dari hasil anamnesa didapatkan data ibu terlambat haid selama 2 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan urin, didapatkan PP test positip. Petugas kesehatan menegakkan diagnosa G1P0A0. 
Pertanyaan soal
Apa arti dari diagnosa tenaga kesehatan diatas?
Pilihan Jawaban

a.      Ibu yang akan melahirkan
b.      Ibu yang pertama kali melahirkan
c.      Ibu yang pertamakali hamil
d.      Ibu yang lebih dari sekali melahirkan
e.      Ibu yang lebih dari sekali hamil 


Vignette :
Seorang Ibu datang ke poliklinik kandungan dengan status obstetri G3P2A0 dengan usia kehamilan 10 minggu dengan keluhan mual muntah, nyeri ulu hati, dan sering pusing. Keluhan datang bukan hanya dipagi hari, tetapi hampir sepanjang hari. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu tersebut didiagnosa Hiperemesis Gravidarum.

Pertanyaan soal
Diagnosa keperawatan yang utama adalah:
Pilihan Jawaban
a. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko injuri b/d mual muntah
c. Resiko defisit volume cairan
d. Tidak efektif koping individu
e. Gangguan rasa nyaman nyeri


Vignette :
Seorang ibu usia 38 tahun diantar suaminya ke UGD bersalin dengan keluhan pusing, pandangan kabur, kaki bengkak. Dari hasil hasil anamnesa didapatkan data status obstetri G4P3A0 dengan usia kehamilan 36 minggu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah 150/90 mmHg, pemeriksaan protein urin ++, edema pada kaki dan palpebra. 
Pilihan Jawaban
a.     Hipertensi dalam kehamilan
b.     Pre eklamsi
c.     Eklamsia
d.     Edema anasarka
e.     Anemia 
Vignette :
Seorang ibu usia 32 tahun, berprofesi sebagai guru, dengan status obstetri G3P1A1 usia kehamilan 30 minggu, mengeluh kaki semakin bengkak. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan data edema pada tungkai bawah, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi napas 20x/menit, frekuansi nadi 88 x/menit, frekuensi denyut jantung janin 132 x/menit.

Pertanyaan soal
Intervensi keperawatan  yang paling tepat untuk kasus diatas adalah
Pilihan Jawaban

a.     Gunakan sepatu datar
b.     Tinggikan kaki saat tidur
c.     Jangan terlalu lama berdiri
d.     Jangan terlalu lama duduk
e.     Mengurangi aktivitas sehari-hari
Vignette :
Perawat pada unit ruang nifas merawat klien yang baru saja melahirkan dengan riwayat plasenta privia. Manakah resiko yang muncul terkait plasenta privia yang perlu diperhatikan perawat ketika meninjau rencana keperawatan dan mempersiapkan melakukan pengawasan pada klien?

A. Infeksi
B. Perdarahan
C. Hipertensi Kronis
D. Disseminated intravascular coagulation (kelainan pembekuan darah intravena)
E. Gagal ginjal akut
Vignette :
Seorang anak mengalami kekurangan cairan. Data apakah yang ditemukan perawat saat pengkajian dan memutuskan bahwa kondisi anak menglami peningkatan serta kekurangan cairan teratasi ?

A. Anak tidak mengeluarkan air mata
B. Berat jenis urine 1.030
C. Pengeluaran urine kurang dari 1 mL/kg/jam
D. Capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik
E. Anak lemah

Vignette :
Perawat menjelaskan perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi selama kehamilan pada klien dan memahami penemuan anggapan normal untuk klien pada trimestes kedua yaitu :

A. Peningkatan nadi
B. Peningkatan tekanan darah
C. Sering buang air
D. Penurunan produksi sel darah merah
E. Peningkatan motilitas gastro intestinal
Vignette :
Perawat manajer melakukan rapat pertamanya. Ia menyapa staf dan menyampaikan bahwa ia ditunjuk untuk meningkatkan mutu. Manajer menunjukkan rencana yang ia buat dan menyusun daftar tugas dan aktifitas mana tiap staf harus melaksanakannay. Sebagai tambahan, ia meminta seluruh staf untuk melaporkan adanya masalah secara langsung. Apa tipe kepemimpinan dan pendekatan yang dilakukan oleh perawat manajer tersebut?

A. Autokratik
B. Situasional
C. Demokratis
D. Laissez-free
E. Kombinasi otokratik dan demokratik

Vignette :
Perawat di ruang gawat darurat diberitahu bahwa banyak korban selamat dari kecelakaan pesawat akan dikirim ke rumah sakit. Korban mengalami kedinginan karena pesawat jatuh ke sungai. Apa tindakan awal yang harus dilakukan perawat ?

A. Memanggil perawat supervisor untuk mengaktifkan prosedur respons bencana
B. Menambah suplai air steril dan normal saline di ruang triage
C. Memanggil ICU untuk mengirim perawat ke ruang gawat darurat
D. Memanggil departemen laundry dan meminta agar disediakan banyak selimut hangat di ruang gawat darurat
E. Melakukan rapat dengan tim kesehatan
  
Vignette :
Perawat day care sedang mengobservasi seorang anak berusia 2 tahun dan mencurigai adanya strabismus. Hasil observasi mana yang mengindikasikan kondisi tersebut ?

A. Anak mengalami gangguan pendengaran
B. Anak selalu memiringkan kepala untuk melihat
C. Anak tidak memberikan respons saat diajak berbicara
D. Anak selalu menggerakkan kepala untuk mendengar
E. Anak tidak dapat memgokuskan pandangan pada perawat

Vignette :
Apa panduan yang harus digunakan oleh perawat saat berencana memberikan delegasi dan tugas ?

A. Mengutamakan keselamatan klien
B. Sesuai dengan permintaan staf
C. Pembagian ruangan dalam unit
D. Jumlah klien yang direncanakan pulang
E. Klien dengan disabilitas



Vignette :
Klien dengan sindrom Guillain-Barre mengalami paralisis pada tubuh bagian atas, sudah diintubasi dan diberikan ventilasi mekanik. Manakah strategi yang harus dimasukkan perawat pada perencanaan keperawatan untuk menbantu klien menghadapi penyakitnya ?

A. Memberikan klien kontrol penuh atas keputusan perawatan dan membatasi pengunjung
B. Memberikan umpan balik positif dan mendorong ROM aktif
C. Memberikan informasi, memberikan umpan balik yang positif, dan mendorong relaksasi
D. Memberikan obat penenang melalui intravena
E. Mengurangi distraksi dan membatasi pengunjung

Vignette :
Perawat sedang merawat klien remaja yang sakit terminal. Saat merawat klien ini, perawat seharusnya melaksanakan intervensi yang mana?

A. Patuhi keinginan klien setiap saat
B. Dorong klien untuk tergantung pada staf RS
C. Tolak untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan RS
D. Dorng klien untuk mempertahankan kontrol diri yang maksimal
E. Patuhi semua keinginan keluarga setiap saat

Wednesday, 4 October 2017

Mengapa Keselamatan Pasien Sangat Sulit Diterapkan di Indonesia? admin 06051994

Mengapa Keselamatan Pasien Sangat Sulit Diterapkan di Indonesia?

Keselamatan pasien merupakan salah satu topik yang paling sering mendapat perhatian di rumah sakit maupun puskesmas. Kerap kali pelatihan, seminar, dan workshop tentang keselamatan pasien selalu menjadi agenda tahunan tetap di rumah sakit dan puskesmas.
Namun sangat disayangkan, nampaknya keselamatan pasien sangat sulit dicapai, banyak kasus kematian maupun komplikasi yang terjadi akibat dari medical error oleh tenaga medis, minimnya peralatan, penanganan yang terlambat, dan sebagainya. Di era JKN ini, pencapaian pelayanan yang bermutu tinggi dengan mengedepankan keselamatan pasien menjadi prioritas utama demi menegakkan kendali mutu kendali biaya di pelayanan kesehatan.
Sebuah studi kualitatif oleh Aveling, Kayonga, Nega, and Dixon-Woods (2015) pada 57 tenaga medis di 2 rumah sakit di Afrika Timur mungkin bisa dijadikan pedoman dalam menemukan intervensi yang tepat untuk masalah ini. Aveling et al. (2015) menemukan ada 3 faktor yang mempengaruhi sulitnya menegakan keselamatan pasien pada 2 rumah sakit tersebut yakni material yang mencakup lingkungan fisik, peralatan dan medical supply; sumber daya manusia; dan hubungan internal yang mencakup kerjasama tim dan struktur organisasi.
Berdasarkan analisis kualitatif terhadap jawaban responden beberapa masalah yang ditemukan menyangkut material merupakan masalah klasik yang sering kita temui di rumah sakit pada umumnya di negara-negara berkembang seperti kondisi bangunan yang buruk, pintu dan jendela yang tidak berfungsi dengan baik, listrik dan air yang tidak lancar dan sebagainya. Minimnya peralatan kesehatan juga menjadi salah satu masalah yang sering dikemukakan oleh responden, masalah ini erat kaitannya dengan keterbatasan dana. Terlepas dari itu, responden juga mengeluhkan manajemen pemeliharaan yang buruk untuk peralatan yang ada yang menyebabkan peralatan tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun tergolong peralatan baru. Hal lain yang menjadi hambatan adalah proses pengadaan dan distribusi peralatan oleh pemerintah setempat yang masih lemah sehingga menyebabkan keterlambatan, alat rusak karena penyimpanan yang tidak sesuai, dan sebagainya.
Masalah sumber daya manusia juga menjadi perhatian dari responden, kurangnya pelatihan terkait keselamatan pasien seperti pencegahan infeksi pada perawat dan bidan. Selain itu seringnya rotasi juga memberikan dampak yang negatif, staf baru dengan minim pelatihan terkait keselamatan pasien sering kali menjadi sumber medical error dalam memberikan perawatan kepada pasien. Masih berkaitan dengan sumber daya manusia, hubungan internal antar staf dan struktur organisasi juga menjadi keluhan dari responden. Seringnya konflik antar staf dan lemahnya kerja sama tim merupakan faktor utama dalam menegakan keselamatan pasien.
Adanya gap antara dokter dan perawat merupakan salah satu yang dikeluhkan responden, dalam banyak kasus dokter tidak mempertimbangkan masukan dari perawat yang mana berdampak pada kondisi pasien seperti meningkatkan resiko infeksi dan gagal dalam menerapkan SOP. Selain itu minimnya supervisi dan evaluasi juga menyebabkan banyak SOP yang dilanggar dalam proses perawatan pasien.
Aveling et al. (2015) menemukan bahwa masalah keselamatan pasien di negara maju dan berkembang sesungguhnya hampir sama dan dipengaruhi oleh faktor manusia, sumber daya, budaya kerja dan perilaku tenaga medis.
Oleh karena itu, dalam menegakan keselamatan pasien investasi pada sumber daya manusia dan peralatan saja tidak akan cukup tanpa reformasi sistem dan perubahan budaya kerja. Investasi merupakan hal yang esensial, namun menurut Aveling et al. (2015), untuk memastikan investasi tersebut memberikan kontribusi yang signifikan proses pengadaan, distribusi, dan pemeliharaan harus mendapakan perhatian lebih. Sama halnya dengan sumber daya manusia, staf yang ada perlu medapat dukungan baik dari segi insentif maupun lingkungan kerja untuk memotivasi mereka dalam mempraktekkan keselamatan pasien dalam pekerjaan mereka.
Pendekatan bottom-up merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, suara dan saran dari front liner staf sangat diperlukan guna menemukan masalah yang paling mendasar dalam menegakan keselamatan pasien.



Referensi: Aveling, E.-L., Kayonga, Y., Nega, A., & Dixon-Woods, M. (2015). Why is Patient Safety so Hard in Low-Income Countries? A Qualitative Study of Healthcare Workers’ Views in Two African Hospitals. Globalization and health, 11(1), 6.

Iklan Bawah Postingan