SELF-EFFICACY IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK USIA KURANG DARI 5 TAHUN
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.3, November 2013, hal 183-189 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Ragil Aprilia Astuti1*, Elfi Syahreni2
1. Program Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*E-mail: lia.ragilaprilia@gmail.com
*E-mail: lia.ragilaprilia@gmail.com
Abstrak
Diare merupakan masalah kesehatan global pada anak balita. Kematian balita akibat diare di dunia mencapai 1,9 juta per tahun. Tindakan pencegahan diare oleh ibu merupakan kunci dalam mengurangi kematian anak akibat diare. Penelitian ini menggambarkan self-efficacy ibu dalam pencegahan diare pada balita di Rowokele, Kebumen. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif sederhana dengan pendekatan l potong lintang pada 162 partisipan ibu dengan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner maternal self-efficacy for preventing diarrhea dengan reliabilitas 0,959. Hasil penelitian menunjukkan tingkat self-efficacy terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu rendah (63,6%), sedang (12,3%), dan tinggi (24,1%). Hasil ini merekomendasikan bahwa self efficacy ibu perlu ditingkatkan oleh tenaga kesehatan di tingkat masyarakat.
Kata kunci: diare, pencegahan diare, self-efficacy
Kata kunci: diare, pencegahan diare, self-efficacy
Abstract
Mothers’ Self Efficacy iIn Preventing Diarrhea among an Under-5-Year-Old Child. Diarrhea is a global health problem among an under-5-year-old child. It causes the death for almost 1.9 millions every year. Diarrhea prevention is a key factor in reducing mortality caused by diarrhea. This study aimed to describe maternal self-efficacy for preventing childhood diarrhea in Rowokele, Kebumen. This was a simple descriptive approach study, applied a cross sectional method, and involved 162 partisipants of mother who were gathered using a simple random sampling. A maternal selfefficacy instrument which reliability was 0.959 for preventing childhood diarrhea used in this study. The result shows that mothers have had low self-efficacy (63.6%), middle self-efficacy (12.3%), and high self-efficacy (24.1%). It is recommended that mother’s knowledge of diarrhea should be improved by public health service.
Keywords: diarrhea, diarrhea prevention, self-efficacy
Pendahuluan
Diare merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak, khususnya pada anak usia kurang dari lima tahun (Sagall, 2004). Penyakit diare merupakan penyebab kematian global kedua pada anak balita setelah penyakit pneumonia (United Nations Children’s Fund, 2007). Menurut Departemen Kesehatan RI (2011b), penyakit diare menjadi penyebab kematian terbanyak untuk anak balita.
Perilaku higiene dan lingkungan (kondisi air dan sanitasi) menjadi penyebab tingginya kejadian diare di Indonesia. Hasil penelitian di Kenya
menyebutkan bahwa perilaku higiene yang buruk dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, perilaku tidak mencuci tangan, dan kebersihan toilet yang buruk menyebabkan terjadinya diare di negara tersebut (Dye, Apondi, Lugada, Kahn, Sandiford, & Banerjee, 2011). Hasil penelitian di Uganda (2004) menyebutkan bahwa meminum air langsung dari sungai menyebabkan 2,2 kali lebih besar anak terkena diare dibandingkan dengan meminum air matang (Mbonye, 2004). WHO (1996) juga menjelaskan bahwa air yang terkontaminasi oleh fecal coliform berpotensi dua kali lipat menyebabkan anak terkena diare (Al-berini, et al., 1996). Kuantitas air yang cukup juga menjadi faktor risiko kejadian diare karena Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 3, November 2013, hal 183-189 184 kecukupan air dapat digunakan untuk menjaga higiene dan sanitasi seperti untuk kebutuhan mencuci tangan, mencuci peralatan, dan menyiram fekal (Boadi & Kuitunen, 2005; Shier, Doliimore, Ross, Quigley, & Smith, 2008). Anak-anak yang tinggal di rumah tanpa sanitasi yang baik mempunyai risiko terkena diare lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di rumah dengan sanitasi yang baik.
Pencegahan diare merupakan kunci menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat diare (Joventino, Ximenes, Almeida, & Oria, 2012). Pencegahan diare yang dilakukan oleh ibu termasuk mencuci buah dan sayur sebelum dimasak dan dimakan, mencuci tangan menggunakan sabun dan air, memberikan ASI, imunisasi pada anak, dan menkonsumsi air minum yang sehat (Joventino, et al., 2012). Pencegahan diare dan intervensi lainnya untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat diare akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat selfefficacy ibu dalam pencegahan diare (Bandura, 2009).
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang bahwa mereka dapat mengubah dan mengatur perilaku tertentu dengan tujuan mencapai tujuan yang diharapkan (Bandura, 1997 dalam Browning & Thomas, 2005). Pada penelitian self-efficacy ibu dalam pencegahan diare pada anak balita di Brazil didapatkan hasil bahwa ada hubungan negatif bermakna antara tingginya tingkat selfefficacy ibu dengan kejadian diare sebelumnya (p= 0,015). Artinya, semakin tinggi tingkatan self-efficacy ibu dalam pencegahan diare, maka semakin besar kemungkinan perilaku pencegahan diare dilakukan (Joventino, et al., 2012). Tingkat self-efficacy ibu di wilayah Posyandu Rowokele sebagai daerah dengan angka kejadian diare tinggi tetapi penanganan diare rendah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012; Dinas Kesehatan Kebumen, 2010) perlu dieksplorasi untuk mendapat strategi penyelesaian masalah yang ada.
Metode
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan pendekatan potong
lintang. Penelitian dilakukan di enam wilayah posyandu di sebuah kecamatan di Kebumen. Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan angka kejadian diare tinggi (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Penanganan yang rendah terhadap diare di Kebumen ditemukan di Kecamatan X (Dinas Kesehatan Kebumen, 2010). Pengambilan data dilakukan pada Maret sampai April 2013. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 162 ibu yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Kriteria inklusi penelitian adalah ibu yang berdomisili di Rowokele, tercacat di Posyandu X, memiliki anak balita, dan mampu membaca dan menulis. Kriteria eksklusi penelitian adalah ibu yang memiliki gangguan mental, gangguan kesehatan yang menyebabkan dirawat inap, atau sedang berada di luar kota lebih dari satu minggu.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu: lembar persetujuan menjadi responden, data responden (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah hunian keluarga, status kelahiran, jenis kelamin anak, riwayat diare, dan pemberian ASI), karakteristik lingkungan, serta kuesioner self-efficacy for preventing diarrhea dengan 24 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari dua domain, yakni domain kebersihan keluarga (15 pertanyaan) dan praktik memberikan ASI serta hal umum (9 pertanyaan). Pengukuran menggunakan skala Likert yang rentangnya 1 sampai 5, dengan makna 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= kadang-kadang setuju, 4= setuju, dan 5= sangat setuju. Kuesioner telah diadaptasikan dengan kondisi dan budaya Indonesia (Beaton, et al., 2007). Uji instrumen dilakukan pada 34 responden pada Februari 2013. Hasil menunjukkan bahwa semua pertanyaan valid (nilai r antara 0,376 sampai dengan 0,880) dan nilai reliabilitas instrumen adalah 0,959.
Prosedur administratif pengambilan data dilakukan pada Januari 2013. Lama pengisian data kuesioner oleh responden rata-rata sepuluh menit. Sebelum pengisian kuesioner, peneliti menjelaskan tentang penelitian dan cara untuk menjawab kuesioner.
Astuti, et al., Self-Efficacy Ibu dalam Upaya Pencegahan Diare pada Anak Usia Kurang dari 5 Tahun 185
Kuesioner yang telah diisi diolah melalui editing, coding, processing, dan cleaning. Analisis data menggunakan analisis univariat. Tujuannya untuk mengetahui frekuensi variabel yang dinyatakan dalam bentuk persentase, meliputi karakteristik responden, karakteristik lingkungan, dan tingkat self-efficacy.
Informed consent dilakukan kepada semua responden penelitian sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Pengisian data mempertimbangkan aspek sukarela, kebebasan, privasi, anonimiti, dan terbebas dari ketidaknyamanan.
Hasil
Karakteristik Responden. Mayoritas responden merupakan ibu yang berada dalam kelompok dewasa menengah yakni usia 30-39 tahun. Ibu multipara (57,4%) lebih banyak terlibat dalam penelitian ini dibandingkan dengan ibu primipara (42,6%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah (66%) dengan status tidak bekerja (77,8%). Pendapatan keluarga per bulan berada di bawah UMR Kebumen (75,9%) dengan jumlah hunian keluarga antara satu sampai empat orang (74,7%). Jenis kelamin anak dari responden seimbang antara perempuan (51,9%) dan laki-laki (48,1%). Mayoritas anak responden mendapat ASI (90,1%). Namun, riwayat diare anak dalam tiga bulan terakhir kecil (14,2%).
Karakteristik Lingkungan. Hasil karakteristik lingkungan responden di wilayah X baik. Mayoritas responden mengkonsumsi air sehat (98,8%), menggunakan penampungan air yang tertutup (94,4%), dan jenis jamban dengan penyiraman (83,9%). Ketersediaan sabun di dekat kran air, adanya lalat di rumah, dan sistem pembuangan sampah di tempat pembuangan sampah umum, masing-masing adalah 82,1%, 69,1%, dan 66,0%. Hasil penelitian karakteristik responden dan karakteristik lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Self-efficacy Ibu dalam upaya pencegahan diare pada anak kurang dari 5 tahun (Tabel 2). Selfefficacy ibu dalam pencegahan diare terhadap karakteristik responden dan lingkungan (Tabel 3).
Pembahasan
Self-efficacy ibu dalam upaya pencegahan diare merupakan bagian dari teori self-efficacy (Bandura, 2009). Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa perubahan perilaku yang dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsinya. Perilaku pencegahan diare pada anak balita ditentukan oleh sebagian besar peran ibu (Joventino et al., 2012). Ibu berperan memutus rantai kontaminasi patogen penyebab diare melalui beberapa praktik kebersihan (Elmendorf, 1987 dalam Nguyen et al., 2005).
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tingkat self-efficacy rendah pada mayoritas responden. Artinya, sebagian besar ibu di wilayah X memiliki tingkat keyakinan rendah akan kemampuannya melakukan pencegahan diare. Bandura (2009) menyebutkan bahwa pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, adanya persuasi, dan kondisi mental dan fisik merupakan sumber self-efficacy.
Pengalaman responden dalam melakukan pencegahan diare ataupun merawat anak dengan diare dapat menjadi sumber self-effiaccy. Hasil analisis mengenai ibu-ibu di wilayah X menunjukkan bahwa ibu-ibu yang anaknya memiliki riwayat diare tiga bulan terakhir menunjukkan tingkat self-efficacy tinggi yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang anaknya tidak mempunyai riwayat diare dalam tiga bulan terakhir.
Pengalaman ibu merawat anak yang mengalami diare menjadi bahan latihan yang memberikan informasi dan pengetahuan bagaimana cara pencegahan diare supaya tidak terjadi diare berulang pada anaknya. Hal inilah yang dikatakan dalam teori self-efficacy bahwa pengalaman pribadi menjadi sumber self-efficacy seseorang. Hasil penelitian serupa di Brazil mengenai keterkaitan antara riwayat diare anak dengan selfefficacy pencegahan diare menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pe ngalaman merawat anak yang diare dengan tingkat self-effcacy pencegahan diare (Joventino, et al., 2012).
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 3, November 2013, hal 183-189
186
Tabel 1. Riwayat Diare pada Balita dalam 3 Bulan Terakhir
Variabel Riwayat Diare Iya Tidak n % n %
Umur ibu (Tahun) 20-29 10 16,7 50 83,3 30-39 11 13,6 70 86,4 40-59 2 9,5 19 90,5 Jumlah hunian keluarga 1-4 20 16,5 101 83,5 5-6 3 8,6 32 91,4 7 atau lebih 0 0 6 100 Pendapatan per bulan kurang ½ UMR 8 12,7 55 87,3 ½-¾ UMR 7 20,6 27 79,4 ¾-1UMR 5 19,2 21 80,8 lebih UMR 3 7,7 36 92,3 Jenis kelamin anak Laki-laki 13 16,7 65 83,3 Perempuan 10 11,9 74 88,1 Umur balita (bulan) 0–12 5 17,2 24 82,8 13–24 9 20,0 36 80,0 25–36 3 7,1 39 92,9 37–48 5 15,2 28 84,8 49–60 1 7,7 12 92,3 Ketersediaan sabun dekat kran Ya 18 13,5 115 86,5 Tidak 5 17,2 24 82,8 Konsumsi air sehat Ya 23 14,4 137 85,6 Tidak 0 0 2 100 Keberadaan lalat di rumah Ya 20 17,9 92 82,1 Tidak 3 6,0 47 94 Pembuangan sampah TPU 16 15 91 85 Sungai/tempat terbuka 7 12,7 48 87,3 Penampungan air untuk memasak Tertutup 21 13,7 132 86,3 Terbuka 2 22,2 7 77,8 Jenis jamban Dengan penyiraman 19 14,0 117 86,0 Tanpa penyiraman 4 15,4 22 84,6 Pemberian ASI Ya 4 25,0 12 75,0 Tidak 19 13,0 127 87,0
Tabel 2. Gambaran Self-Efficacy Ibu terhadap Pencegahan Diare pada Anak Kurang dari5 Tahun
Tingkat Self-Effcacy Frekuensi Persentase Tinggi 39 24,1 Sedang 20 12,3 Rendah 103 63,6 Total 162 100,0
Astuti, et al., Self-Efficacy Ibu dalam Upaya Pencegahan Diare pada Anak Usia Kurang dari 5 Tahun 187
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden dan Lingkungan Kaitannya dengan Tingkat Self-Efficacy Ibu dalam Upaya Pencegahan Diare
Variabel
Self-efficacy
Total
Tinggi Sedang Rendah N % n % N % N Usia ibu (tahun) 20-29 15 25,0 8 13,3 37 61,7 60 30-39 29 24,7 9 11,1 52 64,2 81 40-59 4 19,0 3 14,3 14 66,7 21 Pendidikan ibu Dasar 8 19,0 2 4,8 32 76,2 42 Menengah 26 24,3 13 12,1 68 63,6 107 Tinggi 5 38,5 5 38,5 3 23,1 13 Pekerjaan ibu Bekerja 9 25,0 7 19,4 20 55,6 36 Tidak bekerja 30 23,8 13 10,3 83 65,9 126 Status kelahiran Primipara 21 30,4 8 11,6 40 58,0 69 Multipara 18 19,4 12 12,9 63 67,7 93 Pendapatan per bulan ˂ ½ UMR 16 25,4 3 4,8 44 69,8 63 ½ -¾ UMR 6 17,6 7 20,6 21 61,8 34 ¾ - UMR 5 19,2 2 7,7 19 73,1 26 ˃ UMR 12 30,8 8 20,5 19 48,7 39 Riwayat diare balita Ya 14 60,9 4 17,4 5 21,7 23 Tidak 34 24,5 16 11,5 89 64,0 139
Variabel
Self-efficacy
Total
Tinggi Sedang Rendah N % n % N % N Usia ibu (tahun) 20-29 15 25,0 8 13,3 37 61,7 60 30-39 29 24,7 9 11,1 52 64,2 81 40-59 4 19,0 3 14,3 14 66,7 21 Pendidikan ibu Dasar 8 19,0 2 4,8 32 76,2 42 Menengah 26 24,3 13 12,1 68 63,6 107 Tinggi 5 38,5 5 38,5 3 23,1 13 Pekerjaan ibu Bekerja 9 25,0 7 19,4 20 55,6 36 Tidak bekerja 30 23,8 13 10,3 83 65,9 126 Status kelahiran Primipara 21 30,4 8 11,6 40 58,0 69 Multipara 18 19,4 12 12,9 63 67,7 93 Pendapatan per bulan ˂ ½ UMR 16 25,4 3 4,8 44 69,8 63 ½ -¾ UMR 6 17,6 7 20,6 21 61,8 34 ¾ - UMR 5 19,2 2 7,7 19 73,1 26 ˃ UMR 12 30,8 8 20,5 19 48,7 39 Riwayat diare balita Ya 14 60,9 4 17,4 5 21,7 23 Tidak 34 24,5 16 11,5 89 64,0 139
Lingkungan Baik 11 34,4 2 6,3 19 59,4 32 Kurang baik 28 21,5 18 13,8 84 64,6 130
Informasi dan pengetahuan pencegahan diare tidak hanya didapatkan melalui pengalaman pribadi. Pendidikan memberikan akses informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Orang dengan pendidikan tinggi memiliki akses informasi yang lebih luas dan banyak. Orang dengan pendidikan rendah, cenderung memiliki pengetahuan dan informasi terbatas, sehingga orang dengan pendidikan tinggi memiliki tingkat self-effiaccy tinggi, berbeda dengan orang dengan pendidikan menengah atau rendah.
Tingkat self-efficacy ibu untuk pencegahan diare antara ibu primipara dan multipara di wilayah X menunjukkan bahwa proporsi tingkat selfefficacy tinggi lebih banyak terjadi pada ibu primipara. Pada ibu primipara, beban mengurus anak dan rumah tangga lebih rendah sehingga praktik kebersihan keluarga lebih tinggi. Informasi pencegahan diare pada ibu primipara didapatkan melalui media dan pengalaman orang lain.
Lain halnya pada ibu multipara, sumber selfefficacy berasal dari pengalaman pribadi. Akan tetapi, secara kondisi fisik dan psikologi, ibu multipara mungkin memiliki beban yang lebih besar daripada ibu primipara. Hal ini dikarenakan peran yang besar dalam keluarga membuatnya menjadi lebih lelah dan meningkatkan stressor. Bandura (2009) menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologi yang tidak optimal dapat mempengaruhi self-efficacy ibu.
Dilihat dari segi pendapatan, tingkat self-eficacy tinggi lebih banyak terjadi pada keluarga dengan pendapatan tinggi. Beberapa aspek pencegahan diare berhubungan dengan akses kebersihan (Alberini, et al., 1996; Mbonye, 2004; Boadi & Kuitnen, 2005; Depkes RI, 2011a; Joventino, et al., 2012). Sarana dan prasarana untuk menunjang kebersihan lebih terjaga ketika pendapatan mencukupi. Keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan untuk menunjang kebersihan,
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 3, November 2013, hal 183-189
188 memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan upaya pencegahan diare. Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat pendapatan yang rendah akan meningkatkan stres dan menurunkan tingkat kepercayaan dirinya (Murry, Brody, Brown, Wisenbaker, Cutrona, & Simons, 2002).
Penjagaan kebersihan lingkungan merupakan bagian pencegahan diare (Depkes RI, 2011a; Joventino, et al., 2012). Lingkungan yang baik mencirikan kesiapan pencegahan diare yang tinggi, sedangkan lingkungan yang kurang baik mencirikan kesiapan pencegahan diare yang rendah. Teori self-efficacy menjelaskan bahwa tindakan ditentukan oleh persepsi (Bandura, 2009), maka keluarga dengan lingkungan yang sangat baik menunjukkan tingkat self-efficacy pencegahan diare yang tinggi.
Pengukuran riwayat diare dalam tiga bulan terakhir memiliki risiko kesalahan dikarenakan responden tidak mampu mengingat dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan pengukuran riwayat diare dalam waktu lebih singkat.
Informasi dan pengetahuan pencegahan diare tidak hanya didapatkan melalui pengalaman pribadi. Pendidikan memberikan akses informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Orang dengan pendidikan tinggi memiliki akses informasi yang lebih luas dan banyak. Orang dengan pendidikan rendah, cenderung memiliki pengetahuan dan informasi terbatas, sehingga orang dengan pendidikan tinggi memiliki tingkat self-effiaccy tinggi, berbeda dengan orang dengan pendidikan menengah atau rendah.
Tingkat self-efficacy ibu untuk pencegahan diare antara ibu primipara dan multipara di wilayah X menunjukkan bahwa proporsi tingkat selfefficacy tinggi lebih banyak terjadi pada ibu primipara. Pada ibu primipara, beban mengurus anak dan rumah tangga lebih rendah sehingga praktik kebersihan keluarga lebih tinggi. Informasi pencegahan diare pada ibu primipara didapatkan melalui media dan pengalaman orang lain.
Lain halnya pada ibu multipara, sumber selfefficacy berasal dari pengalaman pribadi. Akan tetapi, secara kondisi fisik dan psikologi, ibu multipara mungkin memiliki beban yang lebih besar daripada ibu primipara. Hal ini dikarenakan peran yang besar dalam keluarga membuatnya menjadi lebih lelah dan meningkatkan stressor. Bandura (2009) menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologi yang tidak optimal dapat mempengaruhi self-efficacy ibu.
Dilihat dari segi pendapatan, tingkat self-eficacy tinggi lebih banyak terjadi pada keluarga dengan pendapatan tinggi. Beberapa aspek pencegahan diare berhubungan dengan akses kebersihan (Alberini, et al., 1996; Mbonye, 2004; Boadi & Kuitnen, 2005; Depkes RI, 2011a; Joventino, et al., 2012). Sarana dan prasarana untuk menunjang kebersihan lebih terjaga ketika pendapatan mencukupi. Keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan untuk menunjang kebersihan,
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 3, November 2013, hal 183-189
188 memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan upaya pencegahan diare. Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat pendapatan yang rendah akan meningkatkan stres dan menurunkan tingkat kepercayaan dirinya (Murry, Brody, Brown, Wisenbaker, Cutrona, & Simons, 2002).
Penjagaan kebersihan lingkungan merupakan bagian pencegahan diare (Depkes RI, 2011a; Joventino, et al., 2012). Lingkungan yang baik mencirikan kesiapan pencegahan diare yang tinggi, sedangkan lingkungan yang kurang baik mencirikan kesiapan pencegahan diare yang rendah. Teori self-efficacy menjelaskan bahwa tindakan ditentukan oleh persepsi (Bandura, 2009), maka keluarga dengan lingkungan yang sangat baik menunjukkan tingkat self-efficacy pencegahan diare yang tinggi.
Pengukuran riwayat diare dalam tiga bulan terakhir memiliki risiko kesalahan dikarenakan responden tidak mampu mengingat dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan pengukuran riwayat diare dalam waktu lebih singkat.
Kesimpulan
Karakteristik tingkat self-efficacy ibu sebagian besar responden rendah. Hal ini ditunjukkan oleh responden dengan pendidikan rendah, pendapatan keluarga di bawah rata-rata UMR, ibu multipara, dan anak yang tidak memiliki riwayat diare dalam tiga bulan terakhir. Pelayanan kesehatan berbasis masyarakat (Puskesmas) berperan meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga kepercayaan melakukan pencegahan diare meningkat. Puskesmas juga dapat menggunakan kuesioner self-efficacy ibu pencegahan diare sebagai evaluator lanjutan mengenai kesiapan melakukan pencegahan diare di wilayah tersebut, sehingga tindakan lanjutan jika diperlukan dapat segera dilaksanakan. Meskipun kuesioner ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat selfefficacy ibu, namun masih diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai keterkaitan isi dengan budaya di tempat lainnya (YR, NN).
Referensi
Alam, N., Wojtyniak, B., Henry, R.J., & Rahaman, M.M. (1989). Mother’s personal and domestic hygiene and diarrhoea incidence in young children in rural Bangladesh. International Journal of Epidemiology, 18 (1), 242–247.
Alberini, A., Eskeland, G.S., Krunick, A., & McGranahan, G. (1996). Determinants of diarrheal disease in Jakarta. Policy Reseach Dissemination Center, Worl Bank, 1–33.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy. Psychology Rev, 84, 191–215.
Bandura, A. (2009). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge University Press.
Beaton, D., Bombardier, C., Guillemin, F., & Fettaz, M.B., (2007). Recommendation for the cross-cultural adaptation of the DASH & QuickDASH outcome measures. La Sante: Institute for Work & Health.
Boadi, K. O., & Kuitunen, M. (2005). Childhood diarrhea morbidity in the Accra Metropilitas Area, Ghana: Socio-economic, environmental and behavioural risk determinants. Journal of Health & Population in Developing Countries.
Browning, C.J., & Thomas, S.A. (2005). Behavioural change: An evidance-based handbook for social and public health. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone.
Departemen Kesehatan RI. (2011a). Buku saku petugas kesehatan lintas diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2011b). Profil kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku saku kesehatan 2012: Visual data kesehatan Provinsi Jawa Tengah triwulan 2 tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. (2010). Profil kesehatan Kabupaten Kebumen tahun
Astuti, et al., Self-Efficacy Ibu dalam Upaya Pencegahan Diare pada Anak Usia Kurang dari 5 Tahun 189 2010. Kebumen: Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen.
Dye, T.D.V., Apondi, R., Lugada, E., Kahn, J.G., Sandiford, M.A., & Banerjee, T.D. (2011). A qualitative assessment of belief, attitudes, and behaviors related to diarrhea and water filtration in Rural Kenya. The American Journal of Public Health, 101 (8), 1515– 1520. doi: 10.2105/AJPH.2011.300127.
Jovenito, E.S., Ximenes, L.B., Almeida, P.C., & Oria, M.O.B. (2012). The maternal selfefficacy scale for preventing early childhood diarrhea: Validity and reliability. Public Health Nursing, 30 (2), 150–158. doi: 10. 1111/j.1525-1446.2012.01042.x.
Mbonye, A.K. (2004). Risk factors for diarrhoea and upper respiratory tract of Uganda. Journal of Health, Population, and Nutrition, 22 (1), 52–58.
Murry, V.M., Brody, G.H., Brown, A., Wisenbaker, J., Cutrona, C.E., & Simons, R.L. (2002). Linking employment status, maternal psychological well-being, parenting, and children’s attributions about poverty in family receiving government assistance. Family Relation, 51 (2), 112–120. doi: 10. 1111/j.17413729.2002.00112.x
Nguyen, T.V., Le-Van, P., Le-Huy, C., Gia, K.N., & Weintraub, A. (2006). Etiology and epidemiology of diarrhea in children in Hanoi, Vietnam. International Journal of Infectious Diseases, 10, 298–308. doi: 10.1016/j.ijid. 2005.05.009.
Sagall, R. (2004). Diarrhea in children. The Journal of America Medica Association, 21 (4), 11.
Shier, R.P., Doliimore, N., Ross, D.A., Quigley, M., & Smith, P.G. (2008). Drinking water sources, mortality and diarrhoea morbidity among young children in Northern Ghana. Tropical Medicine International Health, 1 (3), 334–341.
United Nations Children’s Fund (2007, December). The State of the World’s Children 2008. Diperoleh dari http://www.unicef.org.