Early Warning System (EWS) dan Early Warning System Score (EWSS)
Email : bayuajisismanto@gmail.com
Label :
Early Warning System Score (EWSS) atau disebut juga Early Warning Score (EWS) adalah sebuah sistem pemantauan dengan skoring fisiologis umum yang digunakan di unit pelayanan medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Alat ini sederhana dan mudah digunakan disamping tempat tidur, sehingga perawat akan lebih siap mengevaluasi perubahan kondisi pasien dan melakukan intervensi dengan tepat. Sistem Nasional Akreditas Rumah Sakit (SNARS) edisi satu telah memasukkan sistem EWS dalam penilaian akreditasi, sehingga dengan adanya regulasi ini, rumah sakit di Indonesia dituntut untuk dapat menerapkan alat deteksi dini ini dalam menentukan pasien mana yang perlu dipantau dengan lebih intensif.
Dalam meningkatkan angka keselamatan dan pemantauan dini pasien melalui EWS dapat mencegah perburukan kondisi bahkan terjadinya henti jantung. Perubahan parameter dapat diamati 6 sampai dengan 8 jam sebelum terjadinya henti jantung dan panggilan code blue. EWS terdiri dari 7 parameter yang terdiri dari pernafasan, saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, nadi, tingkat kesadaran, suhu dan tambahan skor 2 jika pasien mengunakan alat bantu nafas untuk mempertahankan saturasi oksigen pasien. Masing-masing parameter akan dikonversikan kedalam bentuk angka, dimana makin tinggi nilainya maka makin abnormal keadaan pasien sehingga menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan pertolongan sesegera mungkin. Pengkajian EWS dapat dilakukan pada pasien baru di IGD dan ruang rawat inap.
NEWS- Royal College of Physicians (2017) |
Adapun prosedur pengkajian EWS sebagai berikut :
- Perawat melakukan pengkajian EWS pada semua pasien IGD dan rawat inap didokumentasikan pada form EWS.
- Perawat menulis tanggal dan jam pengkajian EWS.
- Hasil yang telah didapat di nilai sesuai dengan skor yang telah ditetapkan.
- Tuliskan hasil yang didapat untuk parameter frekuensi nafas, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah sistolik dan denyut jantung.
- Untuk parameter alat bantu nafas, jika pasien menggunakan alat bantu nafas ditulis “ya” dan diberi skor 2, jika tidak memiliki alat bantu ditulis “tidak” dan diberi skor 0.
- Untuk parameter kesadaran digunakan metode AVPU, pasien sadar (Awakeness) diberi skor 0. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran dan harus menggunakan rangsangan suara (Verbal) atau nyeri (Pain). Jika pasien sama sekali tidak sadar (Unresponsive) diberi skor 3.
Total Skor | Kategori Skoring | Frekuensi Observasi | Intervensi |
0-1 | Normal (HIjau) | Setiap 8 jam | Observasi dan dokumentasi |
2-3 | Rendah (Kuning) | Setiap 4 jam | Observasi dan dokumentasi |
4-6 | Sedang (Orange) | Setiap Jam | Perawat melapor ke dokter jaga Perawat mengobservasi pasien bersama dengan dokter jaga setiap jam Perawat mendokumentasi setiap jam Perawat/dokter jaga melapor ke DPJP Perawat/dokter jaga mempersiapkan pasien jika mengalami perburukan kondisi untuk perawatan HCU |
≥7 | Tinggi (Merah) | Bedside Monitoring | Observasi dilakukan oleh perawat bersama dengan dokter jaga/DPJP/intensivis Pemantauan pasien secara terus menerus dan didokumentasikan per jam Aktivitas code blue system bila pasien henti jantung/henti nafas Rencanakan transfer pasien ke ruang ICU/CVCU dengan menggunakan alat bantu nafas |
Pemantauan EWS disertai dengan tatalaksana tindakan berdasarkan hasil skoring pengkajian pasien akan mampu mendukung kemampuan perawat dalam mengenali dan mengintervensi secara tepat waktu dalam mengatasi tanda-tanda perburukan kondisi pasien. Dengan adanya EWS akan mampu mendukung perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. EWS juga dapat digunakan pada pasien dewasa maupun pasien anak (bayi sampai dengan remaja) dengan memasukkan anatomi dan fisiologi anak-anak kedalam alat EWS tersebut.
Keberhasilan implementasi EWS dalam tatanan pelayanan kesehatan membutuhkan pengembangan dan evaluasi berkelanjutan. Pelaksanan program pendidikan seperti training dan simulasi EWS untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi perawat dalam menilai deteksi dini perburukan. Program pendidikan multidisiplin ini telah terbukti dalam meningkatkan kerjasama dan hubungan komunikasi antar dokter dan perawat dalam menangani kondisi pasien yang mengalami perburukan, sehingga pengambilan keputusan dan pengelolaan pasien dapat terlaksana dengan baik.
Dengan adanya deteksi dini perburukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi pelayanan kesehatan, khususnya perawatan kesehatan di rumah sakit dalam mencegah dan mendeteksi lebih awal akan terjadinya perburukan pada kondisi pasien. Pengetahuan dan kompetensi perawat serta kemampuan kolaborasi yang baik dengan dokter akan memberikan hasil yang maksimal dalam penanganan pasien serta kemajuan dari pelayanan di rumah sakit.
Pustaka artikel :
Sudjiati, E., Hariyati, Rr., (2019). Efektifitas Penggunaan Teknologi Early Warning Scoring System (EWSS) dalam Keperawatan. Jurnal Online Keperawatan Indonesia Vol 2 No.2 (34-39). Diakses pada 28 April 2021, dari http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/892/806/
Pertiwi, D., Kosasih, C., Nuraeni, A., (2020). Tinjauan sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi early warning score (EWS) oleh perawat di rumah sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 11 No.2, diakses pada 29 April 2021 dari http://jurnal.stikescirebon.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/223/pdf
Jamal, N., (2020). Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tending Early Warning Score (EWS) Di RSUP H. Adam Malik Medan. Diakses pada 29 April 2021, dari http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28921/161101136.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Royal College of Physicians. (2017). National Early Warning Score (NEWS) 2: Standardising the assessment of acute-illness severity in the NHS. London: RCP. Diakses pada 29 April 2021, dari https://www.rcplondon.ac.uk/projects/outputs/national-early-warning-score-news-2