*-* PROFESIONAL NURSE *-* ENDOSKOPI SALURAN CERNA DAN PERNAFASAN *-* *-* INSTAGRAM *-* @bayuajisismanto *-* *-* ENDOSCOPY UNIT *-* GASTROSCOPY, KOLONOSCOPY, BRONCOSCOPY, DUODENOSKOPI *-*

CARI INFORMASI DISINI

POSTINGAN TERPOPULER

Iklan Artikel 13092024

Monday, 7 October 2024

CARA PENCABUTAN SIP UNTUK DAERAH KERJA KOTA BEKASI

 CARA PENCABUTAN SURAT IZIN PRAKTIK (SIP) PERAWAT, DOKTER, APOTEKER DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA UNTUK WILAYAH KERJA KOTA BEKASI

oleh admin 0605.07102024


Langkah-lahkah pencabutan SIP Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan untuk wilayah kerja Kota Bekasi.

1. Kunjungi laman DPM-PTSP Kota Bekasi dengan klik link berikut : DPMPTSP KOTA BEKASI (bekasikota.go.id) atau lama silat versi.2 DPM-PTSP dengan klik link berikut SILAT.v2 || KOTA BEKASI (bekasikota.go.id)

2. Pastikan anda sudah memiliki akun silat V2 DPM-PTSP Kota Bekasi, jika belum memiliki akun silahkan bisa registrasi terlkebih dahulu dengan cara klik laman registrasi berikut: SILAT.v2 || KOTA BEKASI (bekasikota.go.id) Pilih yang PERORANGAN : ikuti sampai mengisi data yang diminta




3. Pastikan AKUN SILAT V2 sudah aktif.

4. Jika sudah aktif AKUN SILAT V2 selanjutnya masuk ke permohonan pencabutan SIP ke laman berikut dengan menggunkaan akun anda yang sudah aktif. KLIK LINK SILAT.v2 || KOTA BEKASI (bekasikota.go.id)


5. Setelah masuk silahkan pilih PERMOHONAN



6. Pilih untuk PERMOHONAN SIP PERAWAT


7. PIlih untuk PERMOHONAN SIP BARU atau untuk PENCABUTAN 


8. Klik PERMOHONAN 


9. ISI DATA PERMOHONAN


10. UPLOAD DOKUMENT yang dipersyaratkan

11.  Ceklis Syarat dan Ketentuan Permohonan untuk mengirimkan permohonan


12. Klik KIRIM dan tunggu sampai validasi selesai.

13. Cek berkala setiap 3 hari sekali.


Friday, 13 September 2024

LP Diare Pada Anak : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Diare Anak

 A. Konsep Dasar Diare 

1. Pengertian Diare 

Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014). 

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013)


2. Penyebab Diare 

Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut: 

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh: 

1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya. 

2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur terutama canalida. 

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh: 

1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan mineral. 

2) Kurang kalori protein. 3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.


3. Patofisiologis 

Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. 



Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut Wijayaningsih (2013) sebagi berikut: 

a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada diare. 

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. 

c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.

d. Gangguan gizi Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: 

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. 

3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 

e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.


4. Tanda dan Gejala 

Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang mengalami diare: 

a. Cengeng, rewel. 

b. Suhu meningkat. 

c. Gelisah. 

d. Nafsu makan menurun. 

e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam. 

f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok. 

g. Anus lecet. 

h. Berat badan menurun. 

i. Turgon kulit menurun.

j. Mata dan ubun-ubun cekung. 

k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering. 


5. Manifestasi Klinis 

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari diare, yaitu: 

a. Nyeri perut (abdominal discomfort). 

b. Mual, kadang-kadang sampai muntah. 

c. Rasa perih di ulu hati. 

d. Rasa lekas kenyang. 

e. Nafsu makan berkurang. 

f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut. 

g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba). 

h. Demam dan lemah. 

i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering. 

j. Diare. 

k. Pontanel cekung. 


6. Komplikasi 

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa terjadi pada diare: 

a. Dehidrasi. 

b. Renjatan hipovolemik. 

c. Kejang. 

d. Bakterimia. 

e. Mal nutrisi.

f. Hipoglikemia. 

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. 


7. Penatalaksanaan 

Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut: 

a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan). 

b. Dietetik (pemberian makanan). 

c. Obat-obatan. 

1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum. 

2) Sesuaikan dengan umur anak: 

a) < 2 tahun diberikan ½ gelas, 

b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas, 

c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas). 


3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali. 

4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT): 1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin (2 liter + 5g garam). 

a) Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit.

b) Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga mendidih.


B. Konsep Dasar Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Pada Diare 

1. Pengertian Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan suatu kondisi dimana tubuh berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan (Pranata, 2013). Risiko ketidakseimbangan elektrolit yaitu kondisi yang berisiko mengalami suatu perubahan kadar serum elektrolit (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). 

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Menurut Pranata (2013) banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit. Berikut ini merupakan hal-hal yang bisa mempengauhi keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu: 

a. Usia Usia merupakan tahap kehidupan seseorang dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sistematis secara normal, kebutuhan cairan dan elektrolit akan berjalan seiringnya perubahan perkembangan seseorang. Akan tetapi, hal ini bisa berubah jika terdapat penyakit. Dikarenakan faktor penyakit ini akan mengganggu status homeostasis cairan dan elektrolit. Berikut ini kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai rentang usia:

1) Bayi Proporsi cairan dalam tubuh bayi lebih besar daripada orang dewasa. Meskipun demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Karena bayi mengekskresikan volume air dalam jumlah yang besar, sehingga asupan cairan juga harus besar untuk menjaga keseimbangan tersebut. 

2) Anak Pada anak kebutuhan cairan masih cukup tinggi. Pada masa pertumbuhan ini sering terganggu oleh penyakit sehingga berdampak pula dengan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menjadi kurang stabil. Kondisi ini memicu terjadinya pengeluaran cairan lebih besar dari dalam tubuh dan terjadi dalam bentuk insensible water loss. 

3) Dewasa Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan anatomis dan fisilogis yang berdampak pada status metabolik. Dengan peningkatan metabolik maka jumlah air juga meningkat. Hormonal yang telah berubah juga mempengaruhi kebutuhan cairan pada masa ini. Pada masa lansia organ utama dalam keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu ginjal juga mengalami penurunan fungsi. Penyakit yang diderita pada lansia juga menyebabkan perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti diabetes melitus, kanker atau gangguan kardiovaskuler. Terapi obat deuretik pada lansia juga akan berdampak pada defisit cairan dan elektrolit. Ukuran tubuh Proporsional tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan cairan. Selain proporsi ukuran tubuh, komposisi dalam tubuh pun ikut mempengaruhi jumlah total cairan di dalam tubuh. Lemak (lipid) sebagai jaringan yang tidak bisa menyatu dengan air akan memiliki kandungan air yang minimal. Sehingga pada wanita yang obesitas kandungan air dalam tubuhnya lebih sedikit daripada wanita dengan berat badan tubuh normal. Temperatur Lingkungan Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan caian dan elektrolit seseorang. Di saat suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka keringat akan diproduksi lebih banyak untuk menjaga kelembaban kulit dan mendinginkan permukaan kulit yang panas. Pada kondisi suhu lingkungan yang dingin, pori-pori tubuh mengecil dan sedikit untuk memproduksi keringat karena kulit sudah lembab. Berbeda di ginjal, dimana aldosterone akan menurun. Sehingga urine yang diekskresikan akan lebih banyak. 

Gaya hidup Gaya hidup disini meliputi diet, stres, serta olahraga. 

1) Diet Dalam mempertahankan status cairan dan elektrolit, secara langsung asupan yang seimbang akan menjaga belance cairan. 

2) Stres Stres akan meningkatkan beberapa hormon, seperti aldosterone, glukokortikoid serta ADH. Hormone aldosterone dan glukolotikoid akan menyebabkan retensi natrium, sehingga air juga akan tertahan. Dampak dari ADH adalah penurunan jumlah urine. 

3) Olahraga Olahraga memerlukan energi lebih besar dari biasanya, sehingga memicu peningkatan kehilangan air yang tidak disadari (insible water loss).


3. Faktor Risiko 

Faktor risiko dari resiko ketidakseimbangan elektrolit yaitu sebagai berikut: 

a. Defisiensi volume cairan dan regulasi endokrin. 

b. Diare. 

c. Kelebihan volume cairan. 

d. Disfungsi ginjal. 

e. Muntah. 

f. Efek samping obat atau prosedur (misalnya medikasi, drain, pembedahan). 

g. Gangguan mekanisme regulasi (misalnya diabetes insipidu, sindrom ketidaktepatan sekresi hormon antideuretik). 

h. Ketidakseimbangan cairan (misalnya dehidrasi dan intoksikasi air). 


4. Penatalaksanaan Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit pada Diare Menurut Pranata (2013) berikut ini tatalaksana pergantian cairan pada pasien diare dan muntah: Pada kondisi seperti ini, klien akan mengalami kehilangan, biasanya air, natrium, dan kalium serta ion yang lainnya. Jika memungkinkan pergantian cairan dilakukan dengan cara oral. Tetapi, jika sudah tidak memungkinkan pergantinan dilakukan secara intravena. Cairan infus yang bisa digunakan adalah NaCl, larutan glukosa, dan kalium. Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan klinis lebih lanjut, agar mengetahui konsentrasi elektrolit dalam plasma dan hemoglobin serta hematokrit. Pada anakanak, pemberian kalium harus dibatasi.


Daftar Pustaka :

Ariani, Ayu Putri. (2016). Diare pencegahan dan pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Axton, Sharon & Fugate, Terry. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik (edisi 3). Jakarta: EGC 

Bararah,Taqiyyah & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Pustaka Raya. Dinarti, dkk. (2009). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Dinkes Provinsi Bali. (2017). 10 besar penyakit pada anak. Diperoleh tanggal 25 Februari 2019, dari http://diskes.baliprov.go.id/id/profil/-kesehatanprovinsi-bali2 

Kyle, Terri & Carman, Susan. (2016). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC. 

Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika Marcdante, Karen, dkk. (2014). Ilmu kesehatan anak esensial. Singapore: Elvesier. 

NANDA. (2018). Diagnosis keperawatan (edisi 11). Jakarta: EGC. Ngastiyah. (2012). Perawatan anak sakit (edisi 2). Jakarta: EGC. Nursalam, dkk. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika.

Saturday, 13 July 2024

PROFILE ENDOSCOPY GASTROINTESTINAL ESOPHAGOGASTRODUODENOSCOPY (EGD) AT PRIMAYA BEKASI TIMUR HOSPITAL PERIOD OCTOBER 2021 - OCTOBER 2022

 

PROFILE ENDOSCOPY GASTROINTESTINAL ESOPHAGOGASTRODUODENOSCOPY (EGD) AT PRIMAYA BEKASI TIMUR HOSPITAL PERIOD OCTOBER 2021 - OCTOBER 2022

Bayu Aji Sismanto, Achmad Fauji, Nur Miladiyah Rahmah

FULL TEXT

ABSTRACT

Introduction: Esophagogastroduodenoscopy or gastroscopy is one of the types of endoscopies; the examination includes the esophagus, gastric, and duodenum. Endoscopy is a non-surgical attempt to visualize organs with abnormalities or disorders. It can also be used to obtain tissue (biopsy), remove foreign bodies in the gastrointestinal tract, and observe organs in the body. This study aims to determine the profile of gastrointestinal endoscopy in patients examined at the endoscopy unit of Primaya Hospital, East Bekasi. Methods: The type of research conducted was descriptive retrospective using secondary data in the Medical Record Installation of Primaya Hospital, East Bekasi, from October 2021 to October 2022, totaling 103 patients. Results: The results of this study showed that 51 patients (49.5%) were male, 52 patients (50.5%) were female, and the majority of the patients were aged 41-60 years as many as 44 patients, 42.7%). The most common pre-action diagnosis was dyspepsia (43 patients, 42%), and the most common post-action diagnosis (21 patients, 20.6%) was erosive gastroduodenitis. The most common location of findings in the corpus was 33 patients (32.1%), and the most common finding was mucosal erosion in 36 patients (35.0%). Biopsy was performed in 30 patients (29.1%), and anatomical pathology revealed Helicobacter pylori in 5 patients, chronic duodenitis in 4 patients, chronic gastritis in 19 patients, chronic gastroduodenitis in 1 patient, and polyp putz jeers in 1 patient. And with the most prolonged duration of action being 10-30 minutes, namely 91 patients (88.3%). Conclusion: The results of this study indicate that chronic gastritis accompanied by H.pylori infection is a diagnosis that is more commonly found through esophagogastroduodenoscopic examination and the results of anatomical pathology examination of biopsy tissue compared to other diagnoses.

KEYWORDS


endoscopy; esophagogastroduodenoscopy; gastroscopy; profile

Tuesday, 2 July 2024

APLIKASI PHILOSOPHIES TEORI CARING OLEH JEAN WATSON PADA PASIEN SEBELUM TINDAKAN ESHOPAGOGASTRODUODENOSKOPI



Bayu Aji Sismanto, & Irna Nursanti. (2024). APLIKASI PHILOSOPHIES TEORI CARING OLEH JEAN WATSON PADA PASIEN SEBELUM TINDAKAN ESHOPAGOGASTRODUODENOSKOPI DI UNIT ENDOSKOPI RS PRIMAYA BEKASI TIMUR. 


FULL TEXT
PDF

ABSTRACT

The effect of the patient's anxiety before performing an esophagogastroduodenoscopy (EGD) action affects the patients' hemodynamics, it can affect the process of such actions when they are performed, usually anxieties are affected by the feeling of being that appears as a result of poor perception of the action to be done, negative perceptions appear often caused by a lack of information about the actions to be performed. Nursing care is very influential to the patient, one of the nursing model theories that can be applied to patients undergoing esophagogastroduodenoscopy (EGD) with the theory of Human Caring by Jean Watson. The nursing process focuses more on health promotion, disease prevention, care for the sick, and physical recovery. The author differentiates the nursing case/orphanage report by applying Jean Watson's model theory using nursery process methods that include the examination, diagnosis, planning, implementation and evaluation of these nurses' orphanages. The result of the implementation that has been done is that the patient feels a change in perception in which the patient experiences a decrease in the level of anxiety after performing a personal caring approach in accordance with Jean Watson's Model Theory.

Sunday, 9 June 2024

Pranata Adicara Tanggap Manten : Text Susunan Acara Adat Temu Pengantin

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb,
Alhamulillaahirabbil’aalamiin. Alhamdulillaahilladzii hadaana lihaadzaa, wamaa kunnaa linahtadiyaa laulaa anhadanallah. Asyhadu anlaailaaha illallahu wahdahulaa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu laa nabiyya ba’dah.
Dhumateng panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautaman ingkang pantes pinundhi.
Para pangemban pangembating praja satriyaning negari minangka pandam pandoming para kawula dasih ingkang sinuba ing pakurmatan.
Para sarjana, para sujana sujananing budi ingkang sampun wenang hanampi wahyuning kasutapan ingkang satuhu bagya mulya, nun inggih brayat ageng baraya wira wiyata, baraya wira tamtama, para puma karya labet praja ingkang mahambeg luhuring darma.
Para alim, para ulama ingkang rinten dalu tansah sumandhing kitab suci wahyuning Ilahi minangka panuntun keblating panembah ingkang satuhu luhuring budi.
Panjenenganipun para satya wredha, carana madya, para tamu kakung sumawana putri ingkang pantes nampi pakurmatan satuhu pantes lamunta sinudarsana.
Mradapa awit saking keparengipun Bp A sekalian garwa, kula ingkang kapitedhan sinaraya hambuka wiwaraning suka  pinangka jejering pambiwara, keparenga hangaturaken urut reroncening tata upacara ingkang sampun rinakit, rinancang dening para kulawangsa ingkang tartamtu kewala kaeneraken wonten ing pawiwahan prasaja ing hari kalenggahan punika, nun inggih panjenenganipun  Bp A netebi darmaning asepuh hangrakit sekar cepaka mulya, miwaha siwi mahargya suta. Kanthi raos panalangsa ingkang hamengku karsa nyuwun wonten ngarsanipun Gusti ingkang appearing gesang, miwah nyuwun donga pangestunipun para lenggah, mugi kaleksananing sedya ing hari kalenggahan punika purwa madya wasana tansah pinaringan rahayu wilujeng tebih ing sambekala.
Para rawuh saha para lenggah, sampun dumugi wahyaning mangsa kala binukaning tata upacara. Nun inggih Bapa A sekaliyan garwa, ing ri kalenggahan menika ngawontenaken pahargyan prasaja, kinarya mawantu-wantu nyuwun pandonga saha pangestu para rawuh kakung sumawana putri anggenipun Bapa A sekaliyan hanetepi dharmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Caos uninga katur dhumateng para lenggah, bilih titi laksana ijab qabul putra pinanganten, nun inggih Rara Ayu ………………. Putra putrinipun Bapa A, ingkang kadhaupaken kaliyan Bagus …………… putra kakungipun Bapa B ingkang lenggah wonten ing …….. (alamat tempat tinggal Bapa B), sampun kaleksanan kanthi wilujeng nir ing rubeda, duk nalika dinteng ……. wanci tabuh….. mapan ing ………………(KUA atau rumah).
Para tamu kakung sumawana putri, wondene menggah reroncening tata adicara ingkang sampun rinancang rinacik rinumpaka dening para kulawangsa nun inggih :
·     Binuka kanthi sowaning putra temanten sarimbit saking sasana busana, kepareng marak sowan lenggah wonten ing sasana rinengga, ingkang badhe kaleksanaaken kanthi tata upacara adat ingkang lumampah ing kukuban Pedukuhan Sanga, Karang ing mriki.
·     Purnaning tata upacara sowanipun pinanganten, badhe kasambet Waosan Kalamullah ingkang sampun kaserat ing Pustaka Suci Al-Qur’anul Karim.
·     Atur pambagya yuwana saking ingkang hamengku karsa tumunten badhe kaleksanan minangka titi laksana adicara ingkang angka tiga.
·     Ndungkap titi laksana tataran angka sekawan, lir gumanti pasrah saha panampining putra temanten dening para tetuwangga ingkang piniji.
·     Kasambet adicara ingkang angka gangsal, nun inggih Sabdatama, ingkang samangke badhe kasuwunaken wursita aji saking panjenenganipun Bapa “H” mligi kaparingaken dhateng putra penganten.
·     Wondene minangka pratandha paripurnaning pahargyan prasaja ing mangke hambok bilih badhe kapungkasi sak sampunipun wonten pratandha saking kulawarga minangka paran para.
Para rawuh kakung sumawana putri ingkang tansah kinurmatan, makaten menggah urut reroncening tata upacara pahargyan prasaja ing ri kalenggahan punika. Mila awit saking punika mugi wontena suka lilaning panggalih kasuwun para rawuh tansah lelenggahan kanthi mardu mardikaning panggalih sarwi paring puja hastawa puji hastuti saengga paripurnaning pahargyan prasaja ing hari kalenggahan punika. 
Para rawuh saha para lenggah, jumbuh kalian urut reroncening tata upacara ingkang ugi karana sampun paripurna risang pinanganten sarimbit anggenya hangadi salira mulas wadana, keparenging sedya sri atmaja temanten kekalih badhe hamarak sowan wonten ngarsa panjenengan sadaya lenggah wonten ing sasana rinengga. Wondene jengkaring temanten sarimbit saking sasana busana kakanthi panjenenganipun Ibu X ingkang sampun samekta ing gati, murih rahayuning sedya kasumanggakaken dhumateng para – para ingkang piniji.
Jengkaring temanten sarimbit saking sasana busana binarung ungeling gendhing ingkang jumbuh kaliyan suasana sowaning pinanganten. Nuwun sumangga.
===========
Para tamu kakung sumawana putri ingkang minulya, paripurna lampahing tata upacara sowaning risang penanganten, katitik putra kekalih sampun lenggah jajar kanthi kawistara suka rena kaampingi kekalih Bapa saha Ibunipun ing sasana rinengga. Suasana menika mracihnani bilih  laksitaning adicara sampun tinarbuka. Anamung murih lampahing adicara ing titi wanci menika wiwit purwa, madya dumugi wasananing pepanggihan tansah winantu ing karaharjan nir ing sambekala, eba saenipun ing ri kalenggahan punika kita tansah dhedhepe wonten Ngrasanipun Gusti Allah SWT kanthi sareng-sareng ngunjukkaken pandonga. Ingkeng menika, sumangga kita ndedonga kanthi nenuwun lan nyeyuwun wonten ngarsanipun Gusti Allah SWT karana maos lafal Basmallah, kula dherekaken. ….Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Ndungkap adicara ingkang angka kalih, nun inggih Waosan Kalamullah, ingkang badhe kasarirani denening sedherek …………………… Anamung keparenga sak derengipun, kasuwun dhumateng sagung para lenggah mugi kepareng hamidhangetaken saha ngraosaken dumugi lebeting manah suraosing Kalam Ilahi minangka pandam saha pandom tumrap ummat manungsa, kanthi kesdu munggel pangandikan sawetawis. Sak dereng lan sak sampunipun kaaturaken agunging panuwun. Para lenggah kakung sumawana putri, adicara ingkang angka kalih nun inggih Waosan Kalam Ilahi kasumanggaaken dhumateng sedherek ……………. Sumangga.
===========
Paripurna waosan Kalam Ilahi, ingkang saestu ndadosaken tentreming manah kula lan panjenengan sedaya, sahengga hanambah ayom lan ayeming suwasana prahargyan prasaja ing ri kalenggahan punika.
Para rawuh ingkang tansah sinuba ing pakurmatan, tumapak titi laksana adicara ingkang angka tiga, atur pambagyaharja saking panjenenganipun Bapa A sekaliyan ingkang hamengku gati. Anamung, awit keparengipun Bapa A sekaliyan, atur pambagyaharja kasuwunaken dhateng sulih sariranipun, nun inggih Bapa “D”. Dhumateng Bapa “D” kula sumanggaaken, saha mugi kepareng Bapa A sekalian kasuwun lengser sawetawis saking palenggahan, saperlu jumeneng hanjjajari Bapa “D”. Sumangga.
 
===========
Sampun cetha lan terwaca atur pambagyaharja saking Bapa A sekaliyan ingkang lumantar Bapa “D”. Ingkang menika, minangkani kepareng saha panuwunipun Bapa A sekaliyan, titi laksitaning adicara badhe kasigeg sawetawis. Tumunten para putra badhe sowan hangaturaken boja krami katur dhumateng sagung para lenggah. Awit saking menika, kasuwun dhumateng para tamu kakung sumawana putri ingkang sampun kaaturan unjukan sarta lampiran, kasuwun tumunten hanyekecaaken ngunjuk saha ndhahar kanthi merdu merdikaning penggalih.
Para lenggah ingkang tansah kinurmatan, kangge ngregengaken suasana sarta pinangka sarana panglaras para lenggah anggenipun ngunjuk sarta dhahar, badhe kaaturaken pasugatan hiburan saking keluarga ageng Paguyuban Rebana Kembang Setaman saking Pedukuhan Sanga, Karang. Wondene lampahing wekdal sumene sawetawis kaaturaken dhumateng Bapa Wiji Naryana saha Bapa Sudarsa minangka pangesuhing Paguyuban Rebana Kembang Setaman.
Dhumateng para lenggah, kaaturaken sugeng midhangetaken, sugeng nglaras sinambi imbal wacana. Sumangga.
===========
Sagung para lenggah kakung sumawana putri ingkang tansah sinuba ing pakurmatan. Nyuwun lumunturing sih samodra pangaksami, keparenga wekdal sumene kula suwun kinarya hanglajengaken lampahing adicara.
Tumapak ing titilaksana adicara ingkang angka sekawan, kasuwun paringipun tanggap sabda saking panjenenganipun Bapa B sekaliyan ingkang badhe dipunsalirani dening panjenenganipun Bapa “C” minangka talanging pangandika Bapa B sekaliyan. Dhumateng panjenenganipun Bapa “C” kula sumanggaaken, saha kasuwun keparenga Bapa B sekaliyan garwa angampingi jumenengipun Bapa “C” sadangunipun paring tanggap sabda. Sumangga.
===========
Saestu wijang wijiling pangandika panjenenganipun Bapa “C” minangka talanging basa Bapa B sekaliyan, gya tinampi panjenenganipun Bp “E”  minangka sulih sarira panjenenganipun Bp A sekaliyan. Ing wasana wekdal kasumanggakaken.
===========
Para pinisepuh saha para lenggah ingkang kinurmatan. Ndungkap adicara ingkang angka gangsal, paringipun wursitawara ingkang mirunggan kaparingaken dhateng putra pinanganten sarimbit lumeberipun dhumateng para lenggah. Sabdatama saha wursita aji kasuwunaken dhumateng panjenenganipun Bapa “H”. Wusana, wekdal sacekapipun kula aturaken. Sumangga.
===========
Awit namining sedaya keluarga, ngaturaken agunging panuwun dhumateng Bapa “H” ingkang sampun paring sabdatama dhumateng rising pinanganten sarimbit. Ing pangajab, sadaya pangandika sageta tinuladha dening putra pinanganten, sehengga putra kekalih anggennya gesang bebrayan tansaha manggih bagya mulya samenika dumugi sak lami-laminipun. Amin.
Para tamu kakung sumawana putri ingkang satuhu kinurmatan. Purnaning adicara sabdatama, tumunten wekdal badhe kasigeg lan kasumeneaken sawetawis, kinarya kangge paring wekdal dhumateng para putra ingkang badhe hangaturaken pasugatan saklajengipun katur para lenggah.
Wekdal sumene menika badhe kula aturaken dhumateng Bapa Wiji Naryana saha Bapa Sudarsa saperlu ngregengaken suwasana kanthi ungeling lelagon saking Paguyuban Rebana Kembang Setaman.
Dhumateng para lenggah, mugi kasekecakna angacarani ngunjuk saha dhahar sinambi midhangetaken pasugatan lelagon rebana Paguyuban Kembang Setaman. Sumangga.
===========
Wahyaning mangsakala wus ndungkap paripurnaning adicara, jumbuh kaliyan urut reroncening adicara: purwa, madya, wasana sampun kalampahan kaleksanakaken dening para kulawangsa, kanthi wilujeng kalis ing rubeda nir ing sambekala. Ingkang menika, minangka pratandha paripurnaning adicara, sumangga sareng-sareng kula dherekaken ngaturaken puja-puji syukur dhateng Gusti Ingkang Murbeng Dumados, inggih awit sedaya kamirahanipun sampun paring rahmat sahengga pahargyan prasaja menika tansah winantu karaharjan.
Minangka pratandha syukur, sumangga sareng-sareng maos lafal Hamdallah, kula dherekaken. …. Alhamdulillahirabbil’aalamiin.
Salajengipun kasuwun panjenenganipun Ibu X saha para ingkang piniji, keparenga hanjengkaraken putra temanten sarimbit saha Bapa ibu kekalihipun tumuju wiwaraning wisma pawiwahan, saperlu hanguntapaken konduring para tamu saha nyuwun tambahing berkah pangestu. Kanthi mekaten pratandha pawiwahan prasaja ing hari kalenggahan punika sampun paripurna, sinartan sesanti jaya2 wijayanti, mugi rahayuha ingkang samya ginayuh. Jengkaring putra temanten sarimbit binarung ungeling Ladrang Gleyong laras pelog pathet nem.
Paripurnaning pahargyan prasaja ing ri  kalenggahan punika, lumantar pangendhaliwara sepisan malih panjenenganipun Bapa A sekaliyan ngaturaken gunging panuwun saha hambok bilih anggenipun hanampi menggah rawuh panjenengan sami, wonten kuciwaning bojakrami, wonten aruh ingkang kirang wanuh, wonten lungguh ingkang kirang mungguh, mawantu-wantu ingkang hamengku gati nyuwun lumunturing sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka pangendaliwara, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, jenang sela wader pari sesonderan, apuranta menawi lepat atur kawula.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu.

Monday, 12 February 2024

PENERAPAN KONSEP TEORI MODEL KEPERAWATAN MADELEINE M LEININGER MODEL KONSEPTUAL KULTUR KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPRAWATAN ULKUS CRURIS DEXTRA DI RUANGAN RAWAT INAP

 PENERAPAN KONSEP TEORI MODEL KEPERAWATAN MADELEINE M LEININGER MODEL KONSEPTUAL KULTUR KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPRAWATAN ULKUS CRURIS DEXTRA DI RUANGAN RAWAT INAP

PDF

ABSTRACT

This study discusses the application of nursing care to Mrs. S with dextra cruris ulcers, referring to the nursing model and theory of Madeleine M. Leininger's concept. The case study method was used with a nursing approach based on Leininger's theory. Data were collected through interviews, observations, physical examinations, and documentation studies using an assessment format according to the theory. The results of the assessment identified factors such as technology, social, cultural values, policies, economics, and education that influence nursing care. Two nursing problems were found, namely Ineffective Health Maintenance and ineffective breathing patterns. Interventions were based on the Standardized Individualized Nursing Steps (SLKI) and Standardized Individualized Nursing Interactions (SIKI). After three days of nursing care, both problems were partially resolved. The conclusion of the study emphasizes the importance of nurses in providing quality nursing care with the Madeleine M. Leininger approach. It is hoped that this will improve overall nursing services.

REFERENCES

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Theory and Reasoning in Nursing.

Virginia: Wolters Kluwer Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transculural Nursing Education Strategies. United States: Spinger Publishing Company.

George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep. Diperoleh, 19 Februari 2015, dari, https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger .

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Diakses, 23 Februari 2015, dari https://books.google.co.id/books? id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Janes, Sharyn & Karen Saucier Lundy. 2009. Community Health Nursing-Caring for the Public’s Health-Third Edition. United States: Jones & Barklett Learning. Diakses, 23 Februari 2015, dari https://books.google.co.id/books? id=OYAmBgAAQBAJ&pg=PA286&dq=sunrise+model&hl=id&sa=X&ei=nMbqVIH P K4eLuATx1oKwCw&redir_esc=y#v=onepage&q=sunrise%20model&f=false.

https://rumah-perawat.blogspot.com/2016/11/teori-medeline-leininger-transcultural.html

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran KeperawatanIndonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat NasionalIndonesia

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Iklan Bawah Postingan