Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Diare
A. Pengkajian
1.
Identitas
Perlu
diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3
x
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning
kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih
dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami
diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia
toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada
salah satu keluarga yang mengalami diare.
7.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.
Riwayat Pertumbuhan dan
perkembangan
a.
Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata
8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b.
Perkembangan
o
Tahap perkembangan Psikoseksual
menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran
tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
o
Tahap perkembangan psikososial
menurut Erik Erikson.
Autonomy vs
Shame and doundt
Perkembangn
ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug).
Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
o
Gerakan kasar dan halus,
bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2.
Meniru membuat garis lurus (GH)
3.
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.
Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.
Pemeriksaan Fisik
a.
pengukuran panjang badan, berat
badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b.
keadaan umum : klien lemah,
gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.
Kepala : ubun-ubun tak teraba
cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.
Mata : cekung, kering, sangat
cekung
e.
Sistem pencernaan : mukosa
mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.
Sistem Pernafasan : dispnea,
pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g.
Sistem kardiovaskuler : nadi
cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor
menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan : urin
produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
j.
Dampak hospitalisasi : semua
anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes,
putus asa, dan kemudian menerima.
B. Diagnosa
Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
kurang
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.
Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.
Resiko tinggi gangguan tumbuh
kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.
Kecemasan anak berhubungan
dengan tindakan invasive
C. Intervensi
Diagnosa Keparawatan 1. :
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
2)
Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat
meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3)
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi
kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)
Anjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi :
-
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi
keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-
Cairan parenteral ( IV line )
sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-
Obat-obatan : (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi
untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas
untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak
adekuatnya intake dan out put
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria :
- Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan
lingkungan yang bersih, jauh dari bau
yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat
(tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian
energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output
dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan atau vitamin
(A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa Keperawatan 3. :
Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare
Tujuan :
Stelah dilakukan
tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas
normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor,
kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
R/ merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.
3)
Kolaborasi pemberian
antipirektik
R/ Merangsang pusat
pengatur panas di otak
Diagnosa Keperawatan 4. :
Resiko gangguan
integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi
iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar.
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan
pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah
perkembang biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan
keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta
alasnya)
R/ Mencegah
terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk
dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
Diagnosa
Keperawatan 5. :
Kecemasan anak
berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :
Mau menerima tindakan
perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1)
Libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada
anak melalui ibu atau keluarga
2)
Hindari persepsi yang salah
pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut
anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)
Berikan pujian jika klien mau
diberikan tindakan perawatan dan pengobatan.
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya.
4)
Lakukan kontak sesering mungkin
dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa
aman pada klien.
5)
Berikan mainan sebagai rangsang
sensori anak.